20. Melekat Kuat

8.3K 808 11
                                    

Oma mengetuk tongkatnya di lantai. Ia pun kelihatan lelah. "Ya sudah. Selesai ini kita lanjutkan lagi pembicaraannya."

Aku mengembuskan napas lega, lalu beralih ke Aksara.

"Oke, saya tarik tangan saya ke atas, kamu merunduk ke bawah." Aksara mengangguk paham. Kutarik tanganku ke atas dan Aksara hanya diam saja.

"Kok kamu malah bengong?"

"Siapa yang bengong. Saya kira kamu bakal menghitung mundur dulu."

Inginku menepok jidat. Tampaknya situasi ini tak akan cepat usai.

"Oke kalau gitu kita mulai---" Aksara merendahkan tubuhnya sementara aku terbengong tanpa melakukan apa pun.

"Sekarang kenapa kamu yang diam saja?"

"Katanya disuruh hitung mundur. Saya belum selesai ngomong tadi."

"Lepas saja cepat!" Oma meneriaki kami. Sebelum kembali mendapat serangan saktinya, aku menarik tanganku ke atas dan Aksara merunduk. Kami melakukannya secara bersamaan tanpa aba-aba. Kemeja dan jas itu terlepas dari badan Aksara. Sementara di tanganku menggantung pakaiannya.

"Bisa-bisanya ngelepas baju aja berdebat." Oma masih segarang singa betina. Lalu ia berpaling pada temannya. "Widi bisa kamu mintakan pakaian sama Caesar? Gak mungkin kita biarkan orang ini keluar setengah telanj*ng."

Aksara tampak malu dengan pandangan mencemooh oma pada dirinya. Sementara Granny Widi terlihat tidak senang disuruh pergi. Dia pasti tak ingin ketinggalan satu momen pun dari peristiwa ini.

"Dan jangan beri tahu siapa pun."

Wajah Granny Widi semakin masam saja saat dia pergi meninggalkan kami. Gosip ini pastilah santapan lezat untuk dibagikan pada pemburu skandal. Namun siapa pun tahu Granny Widi tak pernah berani melawan omaku.

"Sekarang bagaimana cara kalian ngelepasin lem itu dari tangan Nora?"

"Bisa pakai cairan aseton," jawab Aksara yang langsung dibalas dengan delikan tajam oleh oma.

"Kok kamu langsung tahu. Sudah sering pakai lem Ini ya. Jangan-jangan kamu yang jebak cucu saya---"

"Oma." Aku hampir menangis sekarang. "Bisa kita cari cairan itu dulu, ngelepas pakaian ini, terus nunggu Granny Widi dengan tenang?"

Oma mengembuskan napas. "Ya sudah. Jadi di mana kita bisa dapat cairan leton itu?"

"Aseton---" Oma memelototinya. Aksara terdiam dan berdeham mengusir ketegangan.

"Nora ada sih Oma. Cuma ya gak Nora bawa. Mungkin kita bisa tanya Mas Caesar apa dia punya aseton."

"Siapa yang mau nanya ke Caesar? Jangan harap Oma bakal ninggalin kalian di sini biar bisa ngelakuin yang enggak-enggak lagi."

Aku tak sanggup lagi berdebat. "Kita tunggu Granny aja."

Selanjutnya kami menunggu Granny Widi kembali dalam diam. Omaku duduk di satu-satunya sofa di sini sementara aku dan Aksara berdiri di kanan dan kirinya. Kata oma aku dan dia harus berdiri di jarak setidaknya satu meter. Sementara itu oma terus mengetuk-ngetuk tongkatnya. Membuatku merasa sedang menunggu jatuhnya hukuman. Saat pintu dibuka kembali kami semua terkesiap. Tak hanya Granny Widi yang kembali, Caesar pun ikut dengannya. Dia tampak tak kalah kagetnya dengan kami.

"Wow. Ada apa ini?" Matanya meneliti tubuh Aksara dari atas ke bawah lalu berpaling pada tanganku. "Katanya Aksara butuh baju. Tapi siapa yang sangka dia benar-benar gak pakai baju sekarang." Kakak laki-lakiku itu tertawa geli. "Jadi apa adik gue habis nelanjangi elo, man? Atau Oma, ya?" Caesar menoleh pada oma dengan sorot jail.

LADY MAIDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang