19. Melekat Kuat

8.9K 881 12
                                        

"Udahlah. Saya buka kemeja ini dulu. Kita harus cepat selesaikan semua ini. Gosip tentang kita udah menyebar. Mereka bakal mikir yang enggak-enggak kalau kita berdua menghilang terlalu lama." Sebelum aku berkata apa pun Aksara sudah mulai membuka kancingnya.

Aku langsung membuang muka dan memejamkan mata. Berusaha mengalihkan pikiran ke tempat lain.

Ένα (Éna)

Menghitung satu sampai sepuluh dalam bahasa Yunani adalah pilihan yang tepat.

Δύο (Dío)

Τρία (Tría)

Τέσσερα... (Téssera)

Mataku tanpa sengaja melirik Aksara yang menarik keluar kemeja dari celananya. Aku buru-buru memejamkan mata kembali.

Du-dua belas.

Jangan minta aku menjelaskan apa yang kulihat.

Tiga puluh.

Ti---

"Selesai."

Aku mengintip sedikit dan langsung memejam kembali. Terlalu dekat. Terlalu jelas.

"Ya udah. Cepat lepas."

Alpha.

Abjad Yunani bisa membantu.

Beta.

Gamma.

Delta.

Epsilon

Zeta.

Eta.

"Sudah."

Kubuka lagi mataku sedikit. Semakin jelas kawan-kawan. Aku melengos. Setelah berdeham beberapa kali, mengembuskan napas berkali-kali, aku berkata. "Saya bakal narik tangan ke atas sementara kamu sedikit jongkok. Biar baju ini lepas dari kamu." Aku diam sejenak saat melihat sesuatu yang berkilat dari balik pintu yang terbuka sedikit. Si*l. Benda itu tak pernah bisa tertutup dengan benar. Detik berikutnya aku mendengar jeritan seseorang. Diikuti oleh sentakan pintu yang dramatis.

Aku pun meringis. Kulihat Aksara tampak kebingungan. Sementara wanita yang membuka pintu dengan garang tampak luar biasa marah. Matanya memelotot tajam. Napasnya naik-turun dengan cepat. Wanita itu mengayunkan tongkatnya pada kami berdua. "Apa yang kalian lakukan di sini, anak badung?" Sementara itu wanita lain yang mengikutinya masuk tak bisa menyembunyikan raut terperangahnya yang berlebihan. Yang mana selanjutnya berubah menjadi cengir senang bercampur sinis.

Lalu aku hanya bisa mematung. Lidahku mendadak kelu. Posisiku dan Aksara sangat dekat. Sementara laki-laki itu sudah tak memakai baju.

"O-oma."

"Awas kamu ya, Nora." Dengan pinggangnya yang katanya sering encok oma berlari sambil mengayunkan tongkat. Granny Widi tampak senang dengan pertunjukkan ini. Sementara itu mendadak aku dilingkupi kehangatan yang ganjil. Lengan Aksara melingkari pinggangku. Lalu pijakanku hilang entah ke mana saat Aksara mulai berlari menghindari oma yang hendak memukul kami dengan tongkat.

Aku hanya bisa terdiam seperti orang bodoh digendong erat seperti ini. Wajahku menempel pada dadanya dan mendadak aku tak ingat huruf dan angka mana pun yang ada di dunia ini.

Apa itu abjad?

Apa peradaban manusia sudah semaju itu?

"Lepas! Lepaskan dia!" Mendadak pikiranku kembali dari awang-awang. Oma sedang menggila sekarang.

"Kalian berdua benar-benar ya." Oma mengayunkan tongkat kembali. Kali ini berhasil memukul bahu Aksara. Dia meringis, tapi tak berkomentar apa-apa.

"Oma ini gak kayak yang Oma pikirkan. Ini salah paham," aku menjerit dalam gendongan Aksara. Tanpa sadar sudah memeluknya erat-erat.

LADY MAIDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang