38. Ayo, Kita Bicara Sekarang!

7.7K 919 58
                                    

Baru beberapa langkah aku pergi Aksara keluar dari ruang makan. Dengan sigap Heidi membuka pintu kamar dan mendorongku ke dalam.

"Mau ke mana, Bang?" tanyanya samar-samar kudengar dari balik pintu.

Kemudian Aldo menjawab, "Oh, Bang Aksa mau numpang kamar mandi sebenarnya."

Oke, aku tahu kalian sudah bosan sekali dengan nasib sialku. Tapi inilah dia, di apartemen yang tidak seberapa ini hanya ada dua kamar. Satu kamar Heidi dan Aldo dan satunya kamar yang kumasuki.

Apakah aku berlebihan kalau berharap Aksara menumpang ke kamar mandi di kamar utama?

Oke, sepertinya berlebihan. Tiba-tiba saja pintu kamar tempatku sembunyi sudah diputar dari luar. Refleks aku berlari ke balkon, lalu apa? Lompat? Tidak ada tempat untuk sembunyi karena kacanya transparan. Jadi aku pun berbelok ke kanan dan masuk ke... Toilet!!!

Ya Tuhan, bodohnya aku!!!

Kenapa aku masuk ke sini?

Aku berjalan mondar-mandir sambil memikirkan cara terbebas dari situasi ini. Saat itu pula hendel pintu bergerak. Otomatis tanganku menahannya.

Tidak akan kubiarkan Aksara melihatku di sini. Dalam kondisi seperti ini!!!

Tuhan, sejak kemarin aku belum mandi. Aku datang kemari dalam balutan jaket hitam, celana training, dan masker untuk menutupi wajah bengapku.

TIDAKKK!!! Dia tak boleh melihatku begini!!! Aku sedang dalam mode manusia busuk.

Sekuat tenaga aku menahan hendel pintu. Seluruh tenaga luar, tenaga dalam, kukeluarkan.

HIAAAKKK!!! Kamu makhluk terkuat di muka bumi, Cenora. Harga dirimu yang tinggal seupil harus tetap dipertahankan. Namun tiba-tiba aku terjatuh, Aksara sepertinya berhenti memutar hendel.

Ini pasti triknya. Dia sengaja membuatku terjatuh agar bisa membuka pintunya.

Buru-buru aku memegangi hendel erat-erat kembali.

"Kamu benar-benar seenggak mau itu ketemu?" lirih sebuah suara dari luar. Dan saat itu pula hatiku teriris mendengarnya.

"Saya cuma mau bicara sama kamu. Kamu bikin saya kepikiran terus. Saya... gak bisa tenang sejak kejadian itu, Cenora. Kamu benar-benar gak mau ketemu saya?" Hening sejenak setelah ia mengatakan hal tersebut. "Saya minta maaf kalau begitu. Kayaknya saya terlalu menekan kamu."

Entahlah, saat itu pula aku merasa tidak peduli lagi dia mau melihat penampilanku yang seperti apa. Yang kutahu aku tak mau dia pergi. Aku takut kalau dia pergi sekarang dia tak mau lagi bertemu denganku.

Jadi kubuka pintu lebar-lebar sampai membuatnya terkejut.

"Saya mau! Ayo, kita bicara sekarang!"

***

Setelah kami duduk berdua di ruang tamu Heidi, barulah pikiran jernihku kembali lagi.

Kenapa Aksara tahu? Maksudku, bukannya dia tadi mau menumpang kamar mandi? Lantas kenapa dia tahu pintu kamar mandi tidak bisa terbuka karena ada aku di dalamnya?

Dengan kecepatan cahaya kepalaku menoleh ke Heidi dan menunjukkan tatapanku yang paling mematikan. Dia yang sedang mengintip dari balik tembok langsung meringis dan sembunyi kembali.

Ketika aku melihat ke depan, Aksara tengah menatapku dalam.

"Ekhem, kenapa ngeliatinnya gitu banget?" ucapku kaget. "Saya aneh ya?" Buru-buru kunaikkan hoodie-ku dan menunduk sedikit.

"Enggak. Kamu tetap cantik kok."

Oke, jangan senyum.

"Cantik apanya. Saya kan gak pake make up." Kedua tanganku menangkup di pipi.

LADY MAIDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang