Sempat dari awal dia tahu...
"Kamu tenang aja, awalnya saya gak tahu kok," dengan wajah kalemnya yang menyebalkan Aksara menjawab. "Saya tahu waktu... Coba kira-kira kapan?"
"AKHHH...," Aku memekik tanpa sadar. Sumpah rasanya lega sekali. Mungkin karena dari pertama kali berjumpa dengannya aku sudah menahan diri agar tidak melakukannya. Namun yang lebih penting, kini laki-laki itu tertawa melihat rasa frustasiku.
"Awalnya saya beneran gak tau. Soalnya waktu pertama kali Bi Lilis bawa kamu, saya masih sibuk berpikir kenapa ada orang yang mau maling underware saya."
Ahh... Sialan. Hal memalukan itu lagi. Tapi...
"Kamu juga tau itu?" kagetku.
"Cenora, ada maling yang masuk ke rumah saya, jendela dapur saya dibobol, masa saya gak nyari tau."
Fix, aku sudah resmi menjabat sebagai manusia tanpa harga diri.
"Terus kenapa kamu diam aja?"
Kukira Heidi sudah mengurus semuanya. "Heidi..."
"Kamu kira Heidi lebih pintar dari saya?" potong Aksara dengan rasa sombong. "Saya sudah tau dari awal itu ulah kalian. Tapi saya sengaja gak tanya Heidi dulu. Karena ya, jujur saja kejadian itu masih di luar nalar saya. Saya benar-benar gak nyangka kamu bisa ngelakuin hal itu, pttt, sambil pakai pakaian maling juga."
Wajahku terasa panas. Oh Tuhan, tenggelamkan saja aku di rawa-rawa.
"Memangnya kamu pikir saya seperti apa?" tembakku. "Cewek supersombong yang nyebelin doang? Yang alergi sama barang murah dan superduper elegan?"
"Iya."
Sebilah pisau rasanya baru saja tertancap di dadaku.
"Terus..." Entah kenapa rasanya mulutku tak berani bertanya, "Apa kamu kecewa?"
"Saya kira kamu cewek manis yang benar-benar anggun." Dia tersenyum. "Tapi ternyata kamu cewek unik yang benar-benar gak biasa, aneh."
Aku cemberut. "Memangnya kenapa kalau saya aneh? Kamu mau ejek saya?"
"Enggak kok. Saya suka kamu yang kayak gitu."
"Ha? Gi-gimana bisa kamu suka sama cewek yang kamu anggap aneh?"
Jangan senyum, Cenora! Tahan!
"Entahlah... Mungkin salah satunya karena saya gak bisa nebak jalan pikiran kamu dan apa yang mau kamu lakukan. Saya terus berpikir apa sebenarnya alasan kamu maling di rumah saya. Saya sempat berpikir apa kamu punya fetis aneh dengan underware laki-laki--"
"Heh! Saya bukan orang kayak gitu!" Aku memelotot. Enak saja. Sebejat-bejatnya aku dalam menulis, aku tak punya fetis yang aneh-aneh.
Aksara tertawa. "Itu kan salah satu yang sempat saya pikirkan saja."
"Oke-oke, lanjutin deh ceritanya," ucapku.
"Saya terus mikirin alasannya, eh, tiba-tiba kamu malah jadi pembantu saya."
"Itu juga kamu dari awal udah tau?" tanyaku ngeri
"Enggak. Kan sudah saya bilang saya awalnya gak tau."
Oh, ya, oke, aku lupa
"Saya terlalu pusing mikirin kamu. Jadi gak sadar siapa Inem sebenarnya."
Ekhem...
"Terus kapan kamu sadarnya? Pas ngajak saya beli tas ya?"
Benar, majikan mana yang mengajak pembantunya beli tas di mal?
KAMU SEDANG MEMBACA
LADY MAID
ChickLitGara-gara perkara novel panas, Cenora menjadi pembantu rumah tangga. Lah, bagaimana bisa? Cenora yang tersohor itu kan anak konglomerat yang menjadi kiblat sosialita muda. Alasan pertama, Cenora belum mau menikah. Kedua, ada laki-laki gila yang ngeb...