"Aksara udah tau."
"Udah tau apa?" Ia masih merespons malas-malasan sambil menyesap minumannya.
"Gue ketahuan, Di! Aksara tahu kalau Inem itu gue, Cenora!"
"Apa?"
"AKSARA TAHU KALAU INEM PEMBANTUNYA ITU ADALAH CENORA TUNANGANNYA!"
"Ha?"
Sebuah bantal sofa melayang dan mendarat cantik di wajah cengo Heidi. Kalau saja bisa, ingin sekali aku melempar sofanya sekalian.
Namun Heidi sama sekali tak berkomentar tentang lemparan amatirku. "Serius? Kok bisa?"
Aku berdecak. "Gue juga gak tau. Tiba-tiba dia--" Refleks aku memegangi bibirku. Sebuah adegan tak senonoh terputar kembali dalam otakku.
"Ngapain lo pegang-pegang bibir kayak orang nafsu gitu?"
Kujitak dahi Heidi penuh rasa gemas. Tak mungkin wajahku terlihat bernafsu hanya gara-gara teringat kejadian itu.
Ya, memang bibirnya hangat dan sangat lembut. Dan kuakui dia lihai sekali mengge--
--ser kewarasan. Tuhan, apa ini balasan untuk semua tulisan bejatku? Kenapa bayangan laknat itu tak mau hilang juga?
Aku duduk semakin meringkuk di atas sofa.
"Kenapa sih sebenarnya? Ada apa? Pasti ada sesuatu kan makanya elo sampe kayak gini?"
Aku mengembuskan napas, melirik Heidi, lalu memutuskan untuk menceritakan segalanya.
Setelah selesai seperti dugaanku Heidi menjerit-jerit kegirangan.
"Serius? Demi apa lo?"
"Demi ketenaran novel gue yang baru seumur jagung," jawabku asal-asalan.
"Kyaaa!!! Udah gue duga, awalnya aja lo jadi pembantunya, lama-lama pasti jadi bininya."
Aku memelototi Heidi. "Kalau cuma mau jejeritan dan ngomong kata-kata gak berguna mending gue pergi aja deh. Gue ke sini gak niat diginian." Aku lekas bangkit dan langsung ditahan oleh Heidi.
"Eit! Eit! Iya, iya, canda. Gue tau lo pasti bingung banget. Tapi--" Heidi tertawa ngakak kembali. Baru setelah beberapa saat dia berkata, "Apa jangan-jangan dari awal Bang Aksa udah tau itu elo ya."
Aku tercenung sejenak. Kemungkinan tersebut sudah kupikirkan. Jelas sekali Aksara tahu itu aku bukan karena kejadian aku sembunyi di bawah kolong tempat tidurnya itu, atau saat aku jatuh menimpanya. Aku yakin dia sudah tahu jauh sebelum itu. Apalagi kata-katanya yang ini.
"Saya benar-benar gak ngerti sama kelakuan kamu. Saya sampai berpikir apa semua perempuan memang sama. Tapi kayaknya perempuan lain gak akan ada yang sama kayak kamu. Kamu... beda banget. Gak tertebak. Saya gak pernah nyangka kamu bakal semenyebalkan ini, serumit ini, dan... semenarik ini. Sebenarnya, kenapa kamu ngelakuin semua ini, Cenora?"
Artinya dia sudah mengamatiku dari lama kan? Makanya dia bisa berkata begitu.
"Akhhh...," teriakku sambil memukul-mukul bantal sofa sambil menendang-nendang udara kosong. "Iya, dia pasti udah tau dari lama. Tapi seberapa lama?"
Sempat ia sudah tahu dari pertama aku menyamar jadi Inem, bukannya ini sungguh terlalu.
Aku menatap Heidi menanti tanggapannya. "Ya, memang aneh sih Bang Aksa gak ngelakuin apa-apa waktu ada maling di rumahnya. Walaupun CCTV udah gue urus tetap aja gak mungkin dia gak ada cek. Dan kalau dia cek dan ternyata rekamannya gak ada, seharusnya itu malah nambah kecurigaan dia. Seharusnya dia malah makin khawatir, bukannya gak ngelakuin apa-apa."
KAMU SEDANG MEMBACA
LADY MAID
ChickLitGara-gara perkara novel panas, Cenora menjadi pembantu rumah tangga. Lah, bagaimana bisa? Cenora yang tersohor itu kan anak konglomerat yang menjadi kiblat sosialita muda. Alasan pertama, Cenora belum mau menikah. Kedua, ada laki-laki gila yang ngeb...