15. Orang-orang yang Memuakkan

8.9K 858 9
                                    

"Kamu memang selalu cantik, Cenora. Wajah kamu udah tegas. Jadi make-up tipis pun bikin wajah kamu udah cantik banget. Tapi pakai make-up yang lebih tebal pun kamu keliatan cocok."

"Benar. Kamu kelihatan makin dewasa. Apa ini ada hubungannya sama pertunangan kamu?" Dua wanita yang berdiri di hadapanku tertawa mengikik. Yang kubalas dengan senyum sopan untuk kata-katanya. "Jadi Aksara suka perempuan yang keliatan dewasa?"

"Imej kamu juga berubah. Kelihatan makin seksi. Jadi---"

"Hmm," potongku pada ucapan basa-basi mereka yang merembet ke mana-mana. "Kayaknya aku harus pergi deh. Aku belum ketemu sama Mas Caesar. Aku harus nyapa yang punya acara dulu kan?" Aku pamit dengan sopan pada dua wanita tersebut. Baru saja aku sampai di pesta ini tapi sudah dicegat oleh mereka. Lalu tanpa babibu memberikan pujian yang tidak diperlukan. Sejujurnya terkadang aku menikmati dipuji di sana sini oleh orang-orang. Namun lama-kelamaan pujian mereka itu akan merembet ke hal ini. Seperti barusan merembet ke gosip tentang pertunanganku dengan Aksara. Dulu mungkin aku akan menahan diri mendengarkan semua basa-basi itu sampai selesai. Tapi sekarang rasanya aku sangat malas. Rasanya sungguh melelahkan mendengarkan ocehan yang hanya ada di mulut saja. Kalaupun mereka benar merasa aku cantik, aku sangat yakin sebenarnya mereka tak ingin memuji. Aku melihat jelas kilat iri dan muak dari mata mereka. Orang-orang yang begitu aku pergi akan mulai mengomentari apa saja kekurangan yang baru mereka lihat dariku.

Di saat-saat seperti ini aku selalu kangen Heidi. Heidi adalah orang yang pantang menyebutku cantik. Dia bilang bibir seksinya bisa bernanah kalau memberiku pujian. Sama sepertiku. Entah kenapa rasanya haram banget memuji sahabat. Kecuali di saat-saat tertentu. Saat seseorang butuh pengakuan kalau dia sudah cukup baik. Kalau dia sudah melakukan hal yang benar. Kalau dia sudah bekerja keras. Kalau ada orang yang bangga dan sayang akan dirinya.

Aku sengaja berjalan di pinggir kerumunan pesta sebab malas jika tiba-tiba ada yang mencegat kembali. Kali ini kakak laki-lakiku yang memang hobi berpesta itu mengadakan acara ulang tahun di rumahnya. Lebih tepatnya rumah barunya. Sebuah rumah mewah berlantai dua yang menggabungkan material kayu dan kaca. Bagian belakang rumah yang dipasangi kaca menghadap langsung ke kolam renang besar dan kebun luas yang sangat cocok untuk menciptakan skandal.

Pesta kali ini cukup berbeda. Kakak laki-lakiku tak hanya mengundang teman-temannya yang bejat, melainkan semua rekan dan keluarga besar kami. Sangat jauh berbeda dengan pesta-pestanya sebelum ini. Pesta di villa pantai penuh skandal di mana beberapa foto telanjang tamu pesta tersebar. Pesta klub di mana tiga orang pria dan wanita overdosis alkohol. Dan pesta tak bermoral lainnya yang tak perlu kujabarkan satu per satu.

"Nora!!!" Jantungku bertalu cepat mendengar panggilan itu. Tentu bukan karena aku punya rasa dengan orang yang memanggilku atau apa. Orang itu adalah orang yang paling malas untuk kutemui. "Nora kenapa kamu di sana. Sini gabung sama kami."

Aku tersenyum sopan. "Nanti ya, Tante, Nora mau nyari Mas Caesar dulu."

Wanita paruh baya berbadan besar itu menghampiriku dalam balutan gaun malam hijau tosca-nya yang seronok. "Nanti aja kamu cari abang kamu itu. Kita ngobrol dulu sebentar."

Aku menahan ringisan saat tangannya yang besar menarik dan menyeretku ke kelompoknya. Aku tersenyum melihat mereka semua. Selain ada Tante Putri, adik perempuan papaku, ada Tante Gina, Tante Sinta, dan tentu saja, sepupuku tercinta, Juliet.

Tanpa menyembunyikan rasa tidak sukanya Juliet menatapku sinis. "Kamu semakin berani sekarang. Memang untuk orang sekarang umur dua puluh lima belum terlalu tua, tapi kalau kamu tunda-tunda terus nanti gak ada satu pun yang tersisa." Salah satu sudut bibirnya terangkat tinggi, jelas-jelas sedang mengejekku.

"Nora, laki-laki gak suka kalau kamu dandan terlalu nakal," sambung Tante Gina, sahabat Tante Putri. "Laki-laki memang gampang tergoda dengan dandanan kayak gini," perempuan bertubuh kurus dengan bibir seperti moncong tikus itu menunjukku dengan jarinya, "tapi mereka cuma suka main-main doang sama perempuan nakal. Kayak mana pun akhirnya mereka bakal menikahi perempuan baik-baik."

Tante Sinta, sahabat Tante Putri yang lain ikut menambahi, "Benar itu. Juliet yang sudah nikah saja selalu sopan. Kamu contoh saja dia. Biar cepat nikah."

Juliet tersenyum angkuh. "Sekaya apa pun kamu, laki-laki selalu butuh keturunan. Mereka butuh anak untuk membuktikan maskulinitas mereka. Usia kamu yang bertambah bikin peluang kamu untuk dapat anak semakin kecil. Laki-laki yang sekarang kamu incar, pasti lebih milih perempuan yang lebih muda. Kamu bisa apa kalau suami kamu nanti nyari keturunan dari perempuan lain."

***

Sincerely,
Dark Peppermint

LADY MAIDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang