•• 01 ••

671 31 31
                                    


Adam baru selesai membantu Daichi dan Ignaz berpakaian. Seperti yang Adam duga, ternyata corak warna mint green di kemeja yang ia pakaikan pada Daichi, membuatnya semakin tampan. Adam ssmpai gemas dibuatnya. Kalau dulu mungkin Daichi akan tersipu malu mendapatkan perlakuan seperti itu dari Adam. Tapi sekarang ia hanya akan memeluk Babanya dan mengucapkan terima kasih.

"Gak usah di kancing. Biar kebuka aja kancing kemejanya," Adam berujar pada seorang pelayan wanita, yang membantunya mengenakan pakaian pada Daichi. Perpaduan antara mint green di kemeja, beige pada jogger pants dan kaos putih polos, serta topi jenis bucket dengan corak army yang terlihat sedikit usang, membuat aura ketampanan dan keluguan Daichi terlihat menonjol.

Sementara itu, jenis pakaian yang dipakai Ignaz pun sama. Hanya saja, Ignaz mengenakan warna lilac. Kaos pink polos yang ia kenakan, mungkin terkesan terlalu Uke. Tapi Ignaz masih seorang bocah. Dan perpaduan warna tersebut tak lantas membuatnya terlihat feminim. Ignaz justru terlihat cool. Adam membalik topi berwarna putih polos di kepala Ignaz. Lantas berdecak sambil mengerlingkan matanya pada bayangan Ignaz di dalam cermin.

"You're so cool, but cute at the same time, Naz!!"

"Really?" Ignaz bertanya dengan senyum lebar dan semburat merah pada kedua pipinya.

Hari ini mereka akan terbang ke Tokyo bersama dengan duo bungsu. Trevor dan Savan sudah berangkat terlebih dulu. Mereka sedang mempersiapkan kondominium milik Adam yang berlokasi di Roppongi Hills. Kalau saja Ignaz tak ikut, sebenarnya mereka tidak perlu repot-repot berangkat menggunakan pesawat. Tapi tujuan awalnya memang ingin menemani Daichi dan Ignaz jalan-jalan. Ide itu muncul begitu saja saat Adam melihat Daichi yang gabut di studio.

"Babaaaaa...."

Adam menyambut kedatangan Cieli. Kebiasaan duo bungsu, kalau tidak segera berbalik arah, mereka pasti akan bergelayutan di punggung sambil mencekik leher. Makanya, Adam Membiarkan Cieli menubruk dada bidangnya.

Sejenak Adam memperhatikan celana pendek berbahan denim dengan warna pastel yellow yang Cieli kenakan. Warna tersebut senada dengan sepasang sneaker yang Cieli kenakan. Namun kaos dengan warna salmon dengan sedikit corak merah maroon, membuat Cieli terlihat ceria.

Senjata utama Cieli saat sedang berada dalam wujud Eryl adalah air mata buayanya. Dibandingkan dengan Joshua, Adam tak pernah terpengaruh dengan sorot mata berkaca-kaca Eryl. Tapi kalau melihat putranya yang bandel ini berada dalam wujud Cieli, tetap saja Adam akan merasa gemas.

"Baba... Baba... Ayo beyangkat!!!"

Adam mendiamkan saja aksi Cielo yang bergelayutan di punggung Adam. Tentunya sambil mencekik leher Babanya. "Sini Baba cek dulu bajunya," ucap Adam santai.

Cielo pun melepaskan tangan yang melingkar di leher Babanya. Ia berdiri di sebelah Cieli. Adam memperhatikan celana pendek berbahan denim dengan warna summer blue yang Cielo kenakan. Sneaker dengan warna dark knight blue. Lalu kaos berwarna honey gold, dengan sedikit corak dark gold.

"Perfect..." Ucap Adam lirih. "Kalian semua perfect banget kyuuuuttttnyaaaaa....!!!" Adam memeluk erat Cieli dan Cielo. Sambil menggelitik gemas perut Cielo. Adam paling suka mendengar suara tawa Cielo. Terdengar lantang namun renyah.

"Aiyoo Babaaaa.... Beyangkaaat...."

"Hih! Iya iyaaaa...." Adam menepuk gemas pantat Cielo yang sedang merajuk manja.

Moriz, Sion dan Syafril tadi pagi sudah pamit hangout. Tapi sebenarnya mereka bertiga berteleportasi ke rumah Sean dan Wisnu untuk menemui Jonas, di London.

Re:XXX [3rd Season]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang