•• 33 - B ••

56 8 0
                                    

"Keluarin uneg-unegnya. Biar lega... dan gak usah nyimpen rasa sakit sendirian," Ruben mengacak-acak rambut Atlas.

"Berarti kita bakalan eL De eR?"

"Enggak."

"Tapi elu masih harus nerusin kuliah lu, kan?"

"Iya."

"Berarti kita eL De eR!!!"

"Kagak."

"Tsk!" Atlas berdecak. Ia tak tahu harus seperti apa menghadapi Ruben dalam hal seperti ini. Kalau dia masih berstatus sebagai mahasiswa di Harvard, artinya mereka akan menjalin hubungan jarak jauh. Beda negara. Beda benua.

Ruben menatap Atlas yang terlihat sendu. Ia tak mau berbuat kurang ajar dengan mendahului bercerita tentang rahasia yang dimiliki oleh orang tua Atlas. Saat ia masih jadi satu dengan Syafril, hal yang paling Ruben ingat, adalah keramahan Ximon. Beberapa kali Maximus bahkan turun tangan membantunya saat mengalami kesusahan saat pertama kali bekerja dan tinggal diluar negeri.

Tapi saat ini Ruben hanyalah manusia biasa. Tak seperti Syafril. Hingga saat ini, Ruben hanya bisa menduga ia dipisahkan dari Syafril karena jatuh cinta pada pandangan pertama ke Atlas. Andai saja Ruben bisa membaca isi hati Atlas, mungkin ia bisa membantu meredakan kekhawatiran yang sedang berkecamuk di dalam hatinya.

Untuk pertama kalinya Ruben merasa kesal dengan Syafril. Untuk apa berlagak keceplosan segala? Merusak suasana saja! Padahal Syafril tahu, pengorbanan yang ia terima setelah memisahkan diri darinya adalah menjadi manusia normal, tanpa kemampuan apapun. Ia bahkan tak memiliki harta benda apapun. Karena Ruben tak berhak memiliki satu sen pun dari penghasilan Syafril.

Selama beberapa minggu tinggal bersama dengan Adam dan Gustav, orang tuanya itu baru saja membuatkan sebuah studio tato untuknya. Identitasnya sebagai Ruben memang sebagai Tattoo Artist. Bukan superstar seperti Syafril. Kini Ruben harus memulai segalanya dari nol. Harta berharga yang ia miliki saat ini hanyalah Atlas. Sementara teman dekatnya saat ini adalah Joey, Alaskan Malamute yang selalu datang menemaninya tidur di kamar.

"Kalo elu gak mau pacaran jarak jauh, gue bisa dropout. Minimal transfer ke universitas disini. Banyak Universitas ternama di Indonesia. Gak harus ke Harvard juga, kan?"

"Gak bisa gitu dong, Ben."

"Terus elu maunya gimana? Elu kira gue bakalan kuat jauh dari lu untuk waktu yang lama?"

Atlas menoleh. Menatap Ruben dengan rasa bersalah. Merasa bodoh, karena terlalu memikirkan egonya. Dan tak memikirkan Ruben, bahwa ia punya kehidupan sendiri sebelum memberanikan diri mengutarakan isi hatinya.

"I'm so sorry... I think I'm... so useless right now."

Atlas terkejut mendengar kalimat Ruben. Benar saja dugaannya. Ia tak sengaja membuat Ruben berdiri di tepi jurang. Mereka memang baru kenal. Tapi Ruben sudah memperhatikannya sejak lama. Ia bahkan memberinya barang mahal, walaupun bentuknya sangat tak lazim.

Saat orang lain melamar orang yang mereka suka menggunakan sebuah cincin, yang Ruben berikan adalah sebuah cock ring dengan batu permata yang sangat indah. Harganya pasti tak murah. Perjuangan untuk membelinya pasti membutuhkan pengorbanan yang tak sedikit. Mungkin karena itulah, Atlas mau menerima Ruben.

Sejak pertemuan pertama kali, Atlas sebenarnya sudah menaruh hati pada Ruben. Tentu saja ia sangat terkejut mengetahui Ruben ternyata sepupunya. Dan Ruben sudah mengetahui status sepupu itu sejak lama.

Di lain pihak, Ruben tak pernah tahu. Dirinya saat ini yang terpisah dari Syafril, sebenarnya adalah jiwa Syafril yang sudah bisa menemukan cintanya yang baru. Bisa saja fisik keduanya di tukar. Tapi orang tua dan kelima belas tunangannya memiliki keinginan agar Syafril memulai hidupnya yang baru, dengan cintanya yang baru, dan identitasnya yang baru sebagai Ruben.

Re:XXX [3rd Season]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang