•• 43 - A ••

41 6 0
                                    

Rico mengerjapkan matanya. Ia tak percaya menyaksikan Damian mengubah Ayahnya menjadi muda lagi. Tak hanya itu. Sebelum mengubahnya menjadi muda, Damian mengeluarkan semua sel kanker dari dalam tubuh Ayahnya. Itu saja sudah membuatnya pingsan lagi. Dan saat tersadar kembali, Damian mengubah Ayahnya menjadi muda. Setidaknya dua puluh sampai lima puluh tahun lebih muda.

"Elu pasti udah tau, Troy. Karena cuma elu yang keliatan enggak kaget sama sekali," Atlas mendesis kepada Troy. Membuat Rico menoleh dan menuntut penjelasan melalui sorot matanya.

"Haaaahhhh...." Troy menghela napas panjang. "Tunggu sampe elu ngeliat Ruben."

"Is someone calling me?"

Atlas terbelalak. Kedua matanya melotot. Mulutnya ternganga lebar. Rahangnya seolah patah. Rico tak jauh beda. Meski matanya tak sampai selebar mata Atlas. Tapi Rico sama terkejutnya seperti Atlas. Hanya saja Rico mencengkram erat lengan Troy.

Ruben muncul di hadapan mereka. Caranya muncul sama seperti Damian. Mendadak saja ada di hadapan mereka.

"Hey baby..." Ruben mencolek dagu Atlas. Gayanya seperti playboy yang sedang menggoda seorang gadis polos.

Rico selalu muak melihat Ruben kalau sudah seperti itu. Tapi itulah Ruben. Ciri khasnya memang seperti itu.

"Gak ada yang mau meluk gue? Gak ada yang kangen ama gue?" Ruben bertanya sembari melebarkan sayap dan kedua tangannya.

Atlas akhirnya berdiri. Berjalan pelan menghampiri Ruben. Kemudian merengkuhnya erat. Bahkan sempat meremas sayap di punggungnya. Mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa yang ia lihat bukanlah teknologi CGI atau sebuah hologram.

"Udah boleh bawa pergi Atlas, kan?" Ruben bertanya pada Damian.

"Huffff... Sudah."

"Oke. Bye!"

Poof!!!

Ruben kembali menghilang setelah sepasang sayap berwarna hitam dan sepasang sayap berwarna putih membungkus tubuhnya dan Atlas.

Sebelum Ruben menghilang bersama Atlas, Rico berani bersumpah ada sesuatu yang menyentuh bibirnya. Sementara itu, Troy juga berani bersumpah, seseorang meremas pantatnya saat ia merasakan sakit pada lengannya yang di cengkeraman Rico.

"Ric... sakit..."

"Ah! Maaf... Maaf sayang... Duh. Maaf!"

Troy senang Rico melepaskan cengkeramannya. Tapi mendengarnya meminta maaf, justru membuat Troy merasa makin bersalah.

"Ya-yahhh... Sakit banget ya Troy? Maafin gue Troy... Pasti sakit banget ya?" Rico panik melihat Troy meneteskan air mata. Mengira Troy kesakitan pada lengannya. Padahal hatinya yang tersayat teringat dengan tangisan Rico sebelum pingsan.

Paling tidak, Rico pingsan karena dibuat terkejut oleh Damian. Troy paham benar, Rico memiliki kepribadian yang kuat. Hatinya juga kuat. Ada saatnya ia merasa lelah. Dan di saat ia kelelahan, Troy malah tak berbuat apa-apa. Ia hanya diam menyimak. Membuatnya merasa bersalah. Ia seperti tak berguna. Padahal Rico begitu memperhatikannya.

Melihat Troy dan Rico, sebenarnya membuat Damian muak. Bukan karena membenci apa yang terjadi pada mereka. Ia pernah mengalami hal tersebut. Ia pernah berada di posisi Troy. Ia juga pernah berada di posisi Rico. Meski malu untuk mengakui, Damian juga pernah berada di posisi Ayahnya Rico. Terlihat begitu senang. Bertingkah seperti anak kecil. Berlarian kesana kemari. Bahkan ia sudah berlari mengitari rumah Rico dan Troy sebanyak tiga kali.

"Mr. Ormistone... can you stop that? Or... Do you want to go back to being old like before??"

"Ah! I'm so sorry..." Mr. Ormistone, sebut saja seperti itu, menggaruk kepalanya sambil cengengesan. Ia merasa ngeri saat Damian menatapnya galak. Sorot matanya sangat mengerikan.

Re:XXX [3rd Season]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang