•• 44 - F ••

80 7 1
                                    

"FUCKKKHHH....!!!!"

Peter meremas seprei. Menatap kontolnya memuncratkan pejuh di seprei dan lantai. Tak berselang lama, Ibnu menyemburkan pejuhnya di dalam liang analnya.

Tiap kali mencapai klimaks, Ibnu selalu mengeratkan pelukannya. Setelah itu ia menggeram. Sementara Peter hanya bisa mendesah panjang. Lalu jatuh menelungkup di kasur. Menyusul Ibnu menimpanya.

Setidaknya lima menit mereka berpelukan dan berciuman. Setelah kontol Ibnu lemas di dalam, Peter bergegas ke kamar mandi. Sementara Ibnu mengganti seprei dan bed cover. Setelah selesai mandi, Peter berpamitan.

Tiga bulan berlalu sejak Ibnu mengajak Peter berpacaran. Setelah menyelesaikan ronde kedua di hari itu, Peter terkejut saat mengetahui usia Ibnu baru menjelang 16 tahun. Sementara Peter sudah berusia 20 tahun.

Sempat terjadi perang batin di benak Peter. Ia tak mau tersandung kasus jika ada yang mengetahui dirinya menjalin hubungan dengan Ibnu. Kalau Ibnu mengatakan usianya 17 atau 18 tahun, mungkin Peter masih percaya.

Badan Ibnu yang semakin bongsor sejak bersama Ruben, membuat Peter sempat mengira Ibnu berbohong. Apalagi permainan seks Ibnu jauh lebih mahir dibandingkan dengan dirinya.

Di hari yang sama, saat Ibnu mengajaknya ke ronde ketiga. Dengan mudahnya Peter di gendong. Mereka bercinta dengan posisi tersebut. Peter juga belum pernah bercinta dengan posisi tersebut saat masih dengan ceweknya.

Home Schooling yang dilakukan oleh Ibnu membuat Peter sedikit lega. Minimal ia tak harus melihat Ibnu mengenakan seragam. Karena akan membuat rasa bersalahnya semakin besar.

"Elah... pake ngerasa bersalah segala. Cewek lu aja umurnya cuma dua tahun diatas gue, tapi elu gak ngerasa bersalah ngewein anak gadis orang!"

"Yee!! Kan dia yang mau!"

"Tetep elu yang kena salah!" Pungkas Ibnu.

Kalau tak ada campur tangan Atlas, sudah pasti orang tua mantan ceweknya itu sudah menuntut Peter. Karena Ibnu yang serius menyukai Peter, makanya Atlas bersedia turun tangan. Melakukan brainwash pada orang tua si cewek.

Masalahnya, Peter akan lebih merasa bersalah jika menolak Ibnu. Pergumulan mereka di bilik toilet memang sangat berkesan. Pertama kalinya ia bergumul dengan sesama cowok. Pertama kalinya ia menjadi cowok pasif. Pertama kalinya juga, ia mengapeli seorang cowok tiga bulan yang lalu.

Peter hanya bisa garuk-garuk kepala melihat pesan yang ia kirim ke Ibnu melalui DM. Orang yang selalu ingin diajak kerja sama, sekarang menjadi pacarnya. Lebih mengejutkan lagi, saat mendengar pengakuan Ibnu. Tentang Raffa dan Raffi adalah mantan pacarnya.

"Cuma pacaran sekitar tiga minggu. Gak sampe sebulan," ucap Ibnu di akhir ceritanya.

Ibnu tak memberikan penjelasan lebih lanjut. Terutama alasan hubungan mereka berakhir. Peter menduga, berpacaran dengan dua orang sekaligus, membuat Ibnu lelah sendiri.

"Jujur aja... gue jijik tiap liat postingan lu," Ibnu berujar tiap kali membuka akun sosial media milik Peter.

"Bilang jijik. Tapi ngasih like di semua postingan gue."

"Karena Ayank Peter seksi. Ayank Peter juga ganteng. Pantatnya enak tiap di ebol."

"Gobloooog!!!" Peter berteriak sambil membekap wajahnya dengan bantal.

Ibnu tertawa renyah melihat reaksi Peter.

Menurut pengakuan Peter, sejak resmi jadian dengan Ibnu, ia menemukan berpacaran yang selama ini ia harapkan. Ia bebas melakukan apapun diluar. Sendiri atau berdua, tak ada yang berubah. Tak ada tuntutan untuk merubah diri sendiri menjadi seperti yang diinginkan oleh pasangan.

Re:XXX [3rd Season]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang