•• 37 - EXTRA 01 ••

52 8 0
                                    

Eka senyum-senyum melihat mobil Tio berhenti di depan teras. Saat Tio turun dari mobil, Eka menghampiri dan mengatakan akan membantu memarkirkan mobilnya. Tio berterima kasih lantas menghampiri Panca yang berdiri di teras.

"Ini rumah kamu?" Tio bertanya.

"Bukan! Bukan bukan bukan!" Panca panik dan menggoyangkan tangannya berulang kali. "Saya cuma supir pribadi. Ini rumah bos saya," jelasnya kemudian.

"Dia bos kamu?" Tio mengarah pada Eka.

"Bukan juga. Kami sama-sama karyawan disini. Eka tugasnya masak."

"Oh! Kamu Chef?" Tio bertanya pada Eka.

"Kurang lebih kayak gitu Ko," Eka menjawab dengan senyum lebar. Sementara Panca memutar matanya. Ia kalah taruhan. Tio benar-benar datang dalam waktu singkat.

Setelah selesai berbelanja, Eka meminta Panca untuk melakukan chat dengan Tio. Semuanya atas arahan Eka. Yang membuat Panca mau melakukannya, karena Eka berjanji bukan Panca yang akan menggarap Tio nantinya. Tapi Eka sendiri yang akan melakukan eksekusi akhir. Yaitu membuat Tio menjadi bottom.

"Silahkan masuk Koko Tio," Eka mempersilahkan Tio. Bahkan usher di rumah ibadah tak pernah bersikap seramah itu, Tio membatin.

Reaksi Tio saat masuk kurang lebih sama seperti Panca. Tak seperti Panca yang mengagumi ukuran rumah tersebut, Tio mengagumi desain interiornya. Yang tak Tio sangka, sofa di ruang tamu terasa sangat lembut. Rasanya seperti duduk di awan. Membuatnya merasa nyaman. Sampai lupa tujuannya datang kesana adalah untuk bertemu dengan Panca.

Selain interior, sikap ramah Eka membuat Tio membuat perhatiannya teralihkan. Dari rasa penasaran dengan Panca, dalam waktu singkat penasarannya belok ke Eka. Bisa jadi pemicunya adalah sikap canggung Panca. Atau mungkin wajah tampan Eka. Ia terlihat sangat senang dengan kedatangan Tio. Sampai membuat Tio ke-GeeR-an.

Panca beralasan Eka ingin bertemu dengan Tio. Selain berstatus sebagai owner, Tio juga salah satu instruktur di gym center miliknya. Itu tertera di kartu nama yang Tio berikan. Panca mengatakan, Eka ingin Tio menjadi instruktur pribadinya.

Karena itulah, Panca membiarkan Eka melanjutkan taruhannya sendirian. Karena Panca beralasan ingin menjemput Trio Bebotian di sekolah. Padahal jam untuk menjemput mereka masih sangat lama.

Ke-GeeR-an Tio bukan tanpa alasan. Tio sudah terbiasa dengan skin-ship. Masalahnya, tiap mereka tak sengaja bersentuhan, muncul desir-desir aneh yang menjalar ke seluruh tubuh Tio. Saat lengan mereka bersenggolan misalnya. Tio bisa merasakan betapa mulusnya kulit Eka. Terlebih Eka merangkulnya saat mereka berjalan menuju destinasi utama, gym pribadi di balkon lantai tiga, Tio berharap ia ingin segera melepas jaketnya. Agar bisa merasakan mulusnya kulit Eka.

Sebelum memulai latihan, Eka mengeluarkan minuman dan camilan dari keranjang yang ia ambil di dapur. Menatanya dengan rapi di meja. Ia juga menutup dan mengunci pintu.

"Biar gak ada yang ganggu kita," ucapnya.

"Hahaha... Bener-bener private," Tio berkomentar.

"Iya dong."

"Tapi... kamu mau olahraga pake celana jeans?"

"Ah iya!" Eka terlihat menepuk jidat. "Lupa tadi abis bayar tagihan listrik. Pas Koko Tio dateng, aku baru aja sampe," lanjutnya beralasan. Karena itulah, ia melepas kemejanya.

Mata Tio memperhatikan dada bidang Eka. Belum sebesar dadanya ataupun Panca. Tapi warna puting Eka membuat Tio menelan ludah.

Yang lebih parah adalah saat Eka melepas celananya. Menyisakan jockstrap yang menutup area depan selangkangannya. Sayangnya Eka tak bisa menutupi ukuran kontolnya yang besar. Bahkan kepala kontolnya tercetak jelas mengarah ke bawah.

Re:XXX [3rd Season]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang