•• 05 ••

301 21 12
                                    


Arman. Brandon. Catur. Daffa. Eric.

Dari kelima nama itu, Aruna paling membenci Arman. Menyebut. Mendengar. Apalagi mengenal orang dengan nama yang sama, selalu membuatnya merasa luka lama di dalam hati kembali terbuka.

Setidaknya, ada 3 orang dengan nama Arman di lingkungan baru Aruna. Seorang kakak kelas, yang menurut kabar menyukai Aruna. Seorang petugas keamanan di apartemen tempatnya tinggal. Yang terakhir, paling sial menurut Aruna, adalah anak penjual mie ayam langganannya, juga memiliki nama tersebut.

Aruna bukannya takut jika mendengar nama Arman. Ia hanya merasa ingin mencabik-cabik Arman yang asli. Memutilasi Arman, bagi Aruna adalah hal yang mudah. Namun itu akan terlalu ringan. Ada banyak hal mengerikan di dalam kepalanya, yang ingin ia lakukan terhadap Arman.

Aruna menolak ajakan kakak kelasnya untuk menjalin hubungan. Sekedar pacaran. Tapi cinta monyet Aruna sudah kandas akibat perbuatan Arman. Hidupnya sudah hancur.

"Saya belum ada ketertarikan untuk berpacaran. Maaf," ucap Aruna secara halus.

Petugas keamanan di apartemen, selalu ramah tiap kali berpapasan dengan Aruna. Bukan karena Aruna yang memang memiliki wajah cantik. Tapi pembawaan petugas keamanan tersebut memang selalu ramah terhadap siapa saja. Mungkin memang sudah kewajibannya untuk selalu ramah, pikir Aruna.

Masalahnya adalah, petugas keamanan dengan nama Arman itu, selalu mencuri pandang kearah Aruna tiap kali melihatnya berdiri menunggu pintu lift terbuka.

Terakhir, anak penjual mie ayam langganan Aruna. Usia mereka sepantaran. Paling tidak, menurut penjelasan penjual mie ayam tersebut, mereka sama-sama ada di level kelas SMA yang sama. Hanya saja, Aruna bersekolah di SMA elit favorit. Sedangkan putra penjual mie ayam, bersekolah di sebuah SMA Negeri favorit.

"Anak saya pernah nyoba tes disana. Tapi gagal. Padahal nilai dia tertinggi di sekolahnya sekarang," begitu yang Aruna pernah dengar dari penjual mie ayam.

"Tapi saya salut dengan Nak Aruna."

"Kenapa begitu, Bu?" Aruna menoleh saat istri penjual mie ayam ikut angkat bicara.

"Nak Aruna kan sekolah di sekolah mahal. Tinggal di apartemen mewah itu juga. Tapi gak malu hampir tiap hari beli mie ayam disini."

"Loh? Kenapa harus malu?" Aruna bertanya. "Mie ayam disini rasanya enak. Sejak pertama kali beli disini, saya perhatikan, Bapak dan Ibu tidak jorok seperti beberapa penjual lain. Dan lagi..."

"Dan lagi?"

Aruna tersenyum. Manis sekali. Sampai semua mata tertuju padanya.

"Saya cuma murid beasiswa. Apartemen tempat saya tinggal, itu bukan milik saya. Tapi milik saudara," ucapnya. Terdengar merendah.

Kesan rendah hati tercetak mendalam pada diri Aruna secara natural. Lahir, tumbuh dan besar di keluarga sederhana, membuatnya sangat mudah menciptakan sebuah karakter yang mudah di terima orang disekitarnya.

Masalahnya, Aruna adalah salah satu 'anak didik' Damian. Di masa lalu, pada jutaan peradaban yang telah musnah, Damian dikenal sebagai iblis seribu topeng. Lukman sebagai Master Unknown dan jati diri Aruna yang baru saat ini, adalah satu dari sekian banyak manusia-manusia terpilih.

Bahkan bakat akting yang dimiliki oleh Syafril, sebenarnya adalah hasil didikan Damian. Hanya saja, untuk Syafril, ia menggunakan tangan Siva untuk mengembangkan bakat terpendamnya tersebut.

Di malam-malam tertentu, jati diri Aruna yang lain akan terbangun. Dari sekian banyak flat apartemen di satu lantai yang sama, semuanya selalu dipakai oleh Aruna secara bergantian. Sesuai dengan kepribadiannya masing-masing.

Re:XXX [3rd Season]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang