•• 33 - A ••

68 7 0
                                    


"Atlas... Yuk balik."

"Elu aja duluan."

"Tapi elu dipanggil tuh."

"Siapa yang manggil gue?"

"Syafril."

Hati Ruben mencelos melihat Atlas terburu-buru mengusap dan mengeringkan matanya. Ia bangkit dan berjalan menuju meja makan, dimana Atlas melihat Syafril duduk disana bersama Rico dan Troy. Sementara itu, setelah menghela napas dan merasa sedikit kesal, Ruben mengekor dibelakang Atlas.

Kalau mau jujur, sebenarnya Atlas sudah mengetahui Syafril adalah sepupunya. Ia pernah melihat Syafril datang ke rumah. Termasuk mendengar celotehan Syafril. Nada suaranya terdengar kesal. Sayangnya Atlas tak bisa menangkap jelas kalimatnya.

Atlas ingin keluar dari kamar. Tapi ia terlalu nervous saat melihat dengan jelas wajah Syafril. Siapa pula yang tak mengenalnya. Awalnya Atlas mengira kedua orang tuanya sekedar mengidolakan Syafril. Mengingat Ximon yang selalu mengoleksi berbagai benda yang memiliki Syafril di dalamnya. Majalah. DVD. Termasuk rekaman wawancara Syafril di berbagai acara.

"Ayah Ximon itu gak sekedar mengidolakan Syafril. Karena Ayah Ximon termasuk salah satu orang pertama yang mendukung karir Syafril," Maximus menjawab pertanyaan Atlas.

"Kenapa gitu?"

"Kamu anak kesayangan Ayah Ximon. Tapi Syafril adalah keponakan kesayangannya," sekali lagi Maximus yang memberikan jawaban.

Atlas hanya manggut-manggut. Namun saat ia sampai di flat apartemennya, sekali lagi Atlas mengingat dan mencerna kalimat Daddy Max, panggilan kesayangan Atlas pada Maximus.

"Kalo SyLiCa alias Syafril keponakannya Ayah dan Daddy... berarti gue dan dia.... Kami adalah...."

Atlas tak meneruskan kalimatnya. Ia hanya jejeritan sambil jingkrak-jingkrak tak karuan. Atlas tak habis pikir. Bagaimana bisa ia telat mikir sampai selama itu. Jarak rumah ke apartemennya memakan waktu beberapa jam. Masalahnya, Atlas harus fokus selama mengendarai mobil.

Ruben berjengit saat Syafril memeluk erat Atlas. Syafril memberikan isyarat agar Ruben mendekat. Kemudian mencubit gemas pipinya. Karena Ruben hanya diam tak memberikan reaksi, Syafril beralih menarik sudut kumisnya.

"Gak usah cemburu, Mblo!" Seru Syafril pada Ruben yang mengaduh kesakitan.

"Sakit, tolol!!!"

Bagi Troy, Rico dan Atlas, mungkin hanya Ruben satu-satunya orang yang berani memaki Syafril di hadapan penggemarnya. Karena pada kenyataannya, sebelum mengetahui status mereka adalah saudara sepupu, ketiganya sudah sejak lama menjadi penggemar Syafril.

Troy dan Rico sering menjadikan Syafril sebagai bahan masturbasi. Meski begitu, Rico menjadikan karir Syafril sebagai bahan motivasi dirinya. Sementara pada Atlas, sosok Syafril merupakan wujud nyata kekasih impiannya.

Atlas seperti sedang terbang saat Syafril menyandarkan kepalanya di dada bidangnya. Membiarkan Ruben terlihat cemburu. Sekaligus senang mendapati sorot mata penuh keirian yang terpancar dari Troy dan Rico.

"Ril..."

"Hmm... Kenapa, Las?" Syafril menyahut. Membuat Atlas terkejut. Karena caranya menyebut namanya, sama seperti cara Ximon dan Maximus memanggilnya.

"Gak pengen nambah tunangan, gitu?"

"Enggak. Kenapa? Ada yang mau daftar?"

"Ada."

"Siapa?"

"Gue."

"Yah, Las... Asal elu tau, tunangan gue itu ada lima belas orang."

Re:XXX [3rd Season]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang