•• 46 - B ••

14 2 0
                                    

Kesuksesan yang Affan raih, tentu memancing banyak sekali rumor. Terutama mulut-mulut jahat dari warga perkampungan yang dulu menjadi tetangganya sejak kecil. Paling santer adalah Affan yang melakukan pesugihan. Bahkan ada yang mengatakan Affan melakukan ritual Babi Ngepet.

"Enggak sekalian bilang gue bersekutu dengan Iblis?" Affan merespon setelah mendengar kabar tersebut dari Noval.

Terdapat sebuah Rooftop Casual Restaurant di bagian paling atas gedung. Area baru tersebut baru di buka, atas ide dari Sapto dan Noval. Seperti halnya Cafe Shop di lantai tiga, area tersebut baru di buka untuk umum setelah pukul dua belas siang. Atau setelah jam makan siang khusus untuk tamu yang menginap.

Saat ini, Affan sedang menikmati makan malam bertiga disana. Mereka selalu melakukannya secara rutin. Minimal seminggu sekali. Biasanya ada Hanif dan Ginting juga. Kadang Ginting datang berdua dengan Amariya. Kadang datang sendiri.

"Terlepas dari semua berita nyleneh itu, jumlah tamu yang datang nginep malah makin membludak," ujar Sapto.

Sapto adalah adik Affan yang selalu memberi kesan sebagai seorang good boy sejak kecil. Tapi setelah lulus SMA, jumlah tato di tubuhnya semakin bertambah. Seperti bertukar gelar dengan Noval.

Affan satu-satunya saudara yang selalu memuji tato baru Sapto. "Pokoknya tu muka jangan di tato!", merupakan kalimat yang selalu terucap setelah memuji tato baru Sapto. "Mau kontol sampe lobang pantat lu di tato, itu terserah. Gue gak ada masalah. Tapi kalo muka sampe di tato, gue bakal bawa lu ke dokter bedah plastik!"

Noval sampai terbatuk mendengar celotehan Affan. Sementara Sapto hanya memicingkan mata kearah kakaknya itu.

Kakaknya satu itu selalu memberi dukungan apapun untuk adik-adiknya. Saat Amariya dan orang tuanya memarahi tato pertama Sapto, hanya Affan yang memberi pujian. Tapi larangan untuk membuat tato di wajah, selalu ia gaungkan.

Begitu pula saat Noval masih di dera trauma. Hanya Affan yang mengerti dengan kondisi kejiwaannya saat itu. Tiap hari raya kurban, Noval pasti muntah-muntah, terkadang sampai pingsan. Semua itu terjadi tiap hidungnya menangkap aroma darah. Cita-citanya sebagai seorang Chef pun langsung kandas. Karena ia tak bisa melihat dan mencium aroma darah.

Padahal masih ada banyak jenis Chef. Tak semuanya berurusan secara langsung dengan bahan mentah yang memiliki darah. Tapi Noval mengubur jauh-jauh cita-citanya itu. Siapa yang menyangka, saat ini ia malah menjadi seorang manager termuda di sebuah penginapan milik kakaknya.

Karena itulah, Noval melanjutkan kuliahnya di jurusan yang berhubungan dengan pekerjaannya sekarang. Noval tak pernah menyinggung tentang pekerjaan. Ia tak mau dimanfaatkan jika ada yang mengetahui pekerjaannya.

Mungkin karena sama-sama introvert, biasanya Noval selalu menghubungi Hanif jika bosan hangout sendirian. Mereka semakin akrab karena Affan sering memaksa Hanif untuk makan malam di penginapan tersebut. Kadang Hanif mengajak Noval datang dan menginap di tempatnya. Begitu pun sebaliknya.

Tapi Noval sering memaksa Hanif menginap di tempatnya lebih dari sehari. Paling lama seminggu. Apalagi mereka kuliah di universitas yang sama. Tapi berbeda jurusan.

Meski jadwal mereka sering berlawanan, tiap kali berpapasan di area kampus, keduanya selalu saling sapa. Tak seperti sebelumnya. Dulu mereka memilih diam karena sama-sama merasa sungkan. Sekarang mereka malah bersahabat dengan baik.

Setelah menikmati makan malam, Noval pamit menuju ruang kerjanya. Ada beberapa pekerjaan yang katanya belum selesai. Sementara Affan mengikuti Sapto menuju rumahnya di belakang penginapan.

Gerbang rumahnya berada di sudut dekat parkir mobil. Pertama kali menempati rumah barunya, Sapto sampai jarang pulang. Karena ada beberapa pemilik mobil yang ngeyel parkir menutup gerbang tersebut. Affan memilih diam. Menunggu Sapto mengambil sikap. Sekarang sudah ada pagar yang menjadi pembatas untuk jalan keluar masuk menuju gerbang rumah Sapto.

Re:XXX [3rd Season]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang