•• 20 - A ••

132 12 0
                                    

Sejak sang Ayah mendapatkan perawatan intensif di Rumah Sakit, Anjas selalu sendirian di rumah. Karena itulah, setelah menceritakan tentang hubungannya yang semakin dekat dengan Dimas, akhirnya Ibu Anjas memberikan usul agar Anjas menginap saja di kost pemuda tersebut.

Anjas merasa lega, Ibunya lebih setuju saat ia memberi usul agar Dimas berhenti kost. Dan tinggal bersama dengan mereka. Toh Ibunya akan lebih sering menemani Ayahnya yang menginap di sebuah kamar VIP. Untuk keperluan lain, Anjas yang selalu mengantar kesana sembari menengok kondisi Ayahnya yang sudah jauh lebih baik.

Setidaknya selama tiga hari Anjas membantu proses pindahan Dimas ke rumahnya. Tentu saja Dimas menempati kamar yang sama dengan Anjas. Barang-barang mereka pun campur baur. Tak dipisah-pisah.

Mungkin karena hubungan diantara mereka yang masih baru, sehingga membuat keduanya selalu terlihat mesra. Tapi hal pertama yang membuat Dimas tak habis pikir adalah mengenai Anjas yang selalu sanggup memenuhi hasrat biologisnya. Setiap malam, sepulang dari kerja, Anjas selalu menyempatkan diri untuk memberikan kepuasan pada Dimas.

"Njas. Gue bukan kagak suka elu ngasih gue kepuasan kayak begini."

"...tapi? Pasti ada kata tapi, kan?"

"Iya. Jelas. Tapi... gue mencemaskan kesehatan lu, Njas. Tiap hari elu kerja. Di dua tempat!! Kegiatan elu tuh 200 persen lebih banyak dibandingkan gue yang masih berstatus sebagai mahasiswa."

"Tapi gue takut Dim..."

"Takut kenapa sih, Njas?"

"Secapeknya gue, mending gue yang muasin elu. Gue gak mau ada orang laen yang muasin elu."

Dimas mendengus mendengar penjelasan Anjas. "Sejak gue pindah, selalu elu yang muasin gue. Sementara gue gak pernah muasin elu. Jangan-jangan, udah ada orang laen yang selalu muasin elu di Double-DEN. Ngaku!"

"Dih. Cemburu boleh aja, Dim. Tapi jangan pake nuduh. Kalo gue sampe beneran selingkuh gara-gara omongan lu jadi bumerang, yang sakit hati justru elu sendiri!"

"Maap... Gue gak bermaksud nuduh..." Dimas berujar sembari memeluk erat tubuh Anjas dari belakang.

Lagi pula, tak ada alasan untuk Anjas berselingkuh dengan orang lain. Justru Anjas yang selalu mempersilahkan Dimas menemaninya bekerja. Mungkin karena Dimas terbiasa dimanja oleh Anjas, ia lebih sering ketiduran sepulang dari kampus. Saat terbangun, ia segera menyusul Anjas ke Double-DEN. Dimana ia selalu datang sekitar beberapa menit sebelum Anjas terlihat berjalan keluar dari pintu khusus staff.

Seperti kebiasaan Dimas yang selalu enggan menghitung berapa lama hubungan antara mereka sudah berjalan, suatu hari secara tak sengaja ia berpapasan dengan Mario di area parkir.

Mereka memang mengambil jurusan yang berbeda. Jadi wajar, jika jam masuk dan pulang pun bertolak belakang. Dimas juga semakin jarang bergaul dengan teman di kampus. Ia memfokuskan diri pada pendidikan. Sisa waktunya selalu ia gunakan bersama dengan Anjas. Sekiranya tak ada hal mendesak, maka Dimas benar-benar hampir tak terlihat di wilayah kampus.

Sebaliknya, justru Mario yang selalu mencari keberadaan Dimas. Tapi Mario takut untuk bertanya. Tak mau ada yang kepo dan mencari-cari informasi tentang keinginannya menemui Dimas.

Banyak orang yang mengenal Mario. Kemungkinan besar, karena ia masuk dalam daftar cowok paling populer di seluruh sudut universitas tempatnya menimba ilmu. Maka saat ia berpapasan dengan Dimas, dengan cepat ia menghampirinya. Memberikan secarik kertas, dan meminta Dimas untuk menghubungi secepatnya.

"Ada hal penting yang mau gue diskusikan," ucap Mario yang di dengar oleh seorang teman dekatnya.

Reaksi Dimas hanya terlihat mengangguk kecil. Kemudian menatap kertas pemberian Mario dengan kening berkerut. Ia terlihat memasukkan kertas tersebut ke saku jaket. Kemudian melaju pergi menggunakan motornya.

Re:XXX [3rd Season]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang