•• 09 ••

215 18 4
                                    

Selama dalam proses penyegaran otak di dimensi lain, yang berlangsung sekitar satu tahun, Syafril sengaja tak memotong rambutnya. Di tahun kembalinya Syafril saat lulus SMA, ia ingat rambut ikalnya di pangkas pendek dan rapi. Misal ada yang melihat wajahnya saat ini, paling tidak, mereka tak menaruh curiga bila ada mahasiswa di Harvard yang mengenalinya.

Selain rambut, tubuh Syafril saat baru lulus SMA jauh lebih ramping. Terkesan kurus malah. Warna kulit juga bisa jadi pembeda. Karena saat baru debut, kulitnya memang jauh lebih bersih. Namun tak seputih dan semulus beberapa tahun kemudian.

Oleh karena itu, walaupun Syafril kembali ke masa lalu, ia tak mengubah fisiknya secara total. Hanya membuat wajahnya sesuai dengan usia saat ia baru lulus SMA, juga mempertahankan penampilan. Itu sudah cuku sebagai pembeda antara dirinya di masa lalu dengan dirinya di masa depan.

Selain penampilan, hal yang Syafril pikirkan berikutnya adalah tempat tinggal. Selama Syafril menjalani masa penyegaran otak, Xenos sudah membelikannya sebuah rumah untuk tempat tinggal.

"Rumah sebesar ini... mubazir kalo gue tinggalin sendiri," ucapnya pada Xenos, Yatha dan Zabran.

Syafril memutuskan untuk menyewakan tiga kamar kosong di lantai dasar pada rumah dua lantai tersebut. Penyewa harus cowok. Harus mahasiswa baru seperti dirinya. Namun Syafril tak peduli dari mana saja asal mereka.

Sementara itu, Syafril menggunakan kamar tidur utama di lantai dua sebagai tempat beristirahat. Satu kamar untuk kamar tamu. Lalu satu kamar lagi Syafril pakai sebagai ruang belajar. Ia membawa beberapa koleksi buku favorit juga banyak buku-buku baru.

Semuanya Syafril tata sendiri pada rak yang dibuat menempel pada dinding. Sebuah permadani dengan beberapa tumpuk bantal dengan dua meja kaca berukuran kecil, ia tata di tengah ruangan. Ia juga mengijinkan para penyewa kamar menggunakan perpustakaan pribadi miliknya itu.

Selain perpustakaan pribadi, rumah tersebut juga dilengkapi dengan beberapa fasilitas lain. Sebut saja ruang fitness pribadi. Kolam renang dengan ukuran luas. Sebuah kolam jacuzzi yang bisa menampung 10 orang sekaligus. Area parkir yang luas. Bahkan ada sebuah ruang khusus untuk sauna.

Memiliki fasilitas seperti penginapan berbintang, juga dengan biaya sewa tak sampai 3000 US Dollar, membuat orang tua para penyewa langsung setuju dengan syarat dan ketentuan yang berlaku. Menurut perhitungan mereka, itu jauh lebih murah dari pada harus menyewa sebuah apartemen.

Syafril sendiri melihat, ada banyak apartemen yang disewakan di kanan dan kiri rumahnya. Rumah besar di seberang ternyata juga disewakan. Namun, dengan biaya antara 1400 hingga 2500 US Dollar, itu terbilang mahal. Karena mereka hanya menyediakan apartemen kosong. Alias tanpa perabot. Walaupun ada juga yang siap isi, namun harganya jauh diatas biaya sewa kamar di rumah Syafril tersebut.

Ada empat orang yang menyewa kamar di rumah baru Syafril tersebut.

Penyewa pertama adalah Goran. Cowok asal Norwegia itu merupakan anak dari pasangan petani di negara asalnya. Dari pengamatannya, Syafril menebak kalau Goran tipe remaja yang lumayan pendiam dan pemalu. Kacamata hitam yang ia pakai, tak bisa menutup warna hijau bola matanya.

"Dia punya warna bola mata yang indah," Syafril berkomentar usai berjabat tangan dengan Goran. Kedua orang tua Goran juga setuju dengan ucapan Syafril.

Goran hanya merasa heran dengan Syafril. Orang tuanya baru mengenal Syafril, namun mereka bisa langsung terlihat akrab. Padahal, di kota tempatnya tinggal, banyak yang tak menyukai sikap angkuh Ayahnya.

"Kalau Ayahmu angkuh, bagaimana dengan Ayahku?" Syafril terlihat berpikir serius menanggapi keheranan Goran. "Jangankan satu kota, orang satu negara selalu saja bisa jadi musuh beliau jika mereka tak mengetahui karakternya yang seperti itu," jelasnya tanpa sungkan. "Mungkin mereka hanya merasa iri dengan Ayahmu," lanjutnya lagi.

Re:XXX [3rd Season]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang