•• 39 - C ••

53 7 0
                                    

"Hai Troy!"

"Hai Ben."

"Nih. Gue balikin Ayank lu!" Ruben menunjuk Rico di belakang. Ia baru saja turun dari mobil.

Kalau melihat dari penampilannya, Rico mengenakan pakaian yang berbeda. Artinya ia memakai pakaian Ruben.

Ruben lalu memeluk Troy. Ruben tahu, rasa bersalah Troy masih mengganjal di relung hatinya. "Gak usah cemas. Semalem gue bikin pengakuan ke Rico. Dan gue udah dapet balasannya."

Terang saja Troy terbelalak mendengarnya. Ia lalu menatap Ruben dan Rico bergantian.

"Kenapa Troy?" Rico bertanya heran. Khawatir dengan raut wajah Troy yang terlihat pucat pasi. Dengan sigap Rico mendekat dan mencengkram kemeja paling atas Ruben. "Elu apain lagi?"

"Kagak gue apa-apain," Ruben menjawab dengan mengangkat kedua tangannya.

Troy meraih pergelangan tangan Rico. Memberinya isyarat agar Rico melepas cengkeramannya. Lalu Troy mendekati Rico. Berdiri tertunduk dengan menyandarkan kening di dada Rico.

"Maafin gue Ric... kemaren gue mau cerita. Tapi..."

Rico mendekap erat Troy. Seperti yang Ruben ucapkan selama diperjalanan. Walaupun ia merasa nyaman saat berduaan dengan Ruben. Tapi hatinya akan tetap tertuju pada Troy. Yang Rico mau dari Ruben hanya sebatas bertukar lendir. Sementara yang hatinya inginkan, hanya Troy seorang.

Kalau Rico merasa bingung dengan kelakuan para homo, sementara homo yang dimaksud adalah Homo Sapiens. Maka Rico bingung dengan dirinya sendiri. Karena ia juga seorang Homo Sapiens. Manusia.

Sedang asik memeluk Troy, ketenangannya kembali terusik dengan kelakuan random Ruben. Seenak jidat memeluk Rico. Hingga menghimpit Troy. Tak sekedar memeluk, ia juga melumat bibir Rico. Lalu pindah melumat bibir Troy. Ruben memaksa Troy untuk menengok ke samping saat ia sedang melumat bibir Rico.

"Tempo hari ada yang bilang, gak bakal cemburu kalo gue ngewein Troy. Ternyata ada yang gak terima. Jadi... yang ngerasa gak terima gue suruh ngewein gue. Biar dia lega."

Troy membalikkan badan. Meninju lengan Ruben. Kemudian meraih kedua tangan Rico untuk merengkuhnya dari belakang.

"Maafin gue udah bikin Troy keenakan. Maafin gue juga, karena udah ngenakin Rico."

"Bacot!" Rico menyahut.

"Next time, kalo kita threesome, gue kasih yang lebih enak dari yang kalian lakuin bareng Syafril."

"BACOT!!!" Rico menoyor pipi Ruben.

Sebelum pergi, Ruben sekali lagi melumat bibir Rico. Ia juga melumat bibir Troy sambil meremas bongkahan pantatnya. "Kalo aja gue gak ada janji. Pengen mompa pantat semok ini lagi."

Rico melepaskan pelukannya. Ia mengejar Ruben. Berniat untuk menendang pantatnya. Sementara Troy hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan binal Ruben. Akhirnya ia setuju dengan ucapan Damian. Walau hatinya bisa sering merasa kesal dengan kelakuan Ruben, entah kenapa ia akan kesulitan untuk membencinya.

Untung saja rumah Troy memiliki suasana yang mirip dengan rumah Damian. Bernuansa satu-satunya rumah di tengah hutan. Jarak dengan tetangga terdekat sekitar 2 kilometer. Selebihnya hanya ada pohon di segala arah.

Saat mobil merah Ruben hilang dari pandangan, Troy memeluk erat Rico dari belakang. Selama beberapa menit, Rico hanya diam mengusap punggung tangan Troy. Saat pelukannya terlepas, ia membalikkan badan. Lalu menggandeng pergelangan tangan Troy. Melangkah memasuki rumah dengan desain kontemporer yang isinya serba modern. Mirip dengan rumah Damian dan Joseph.

Re:XXX [3rd Season]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang