•• 36 - C ••

54 9 0
                                    

Pukul lima sore, setelah menikmati sekali lagi pantatnya yang montok, akhirnya Ronald pamit. Ia yakin hari Senin tak akan bisa bekerja jika menginap di rumah tersebut. Di bilang kapok pun sebenarnya tidak juga. Kalau weekend, ia pasti bersedia di hajar semalam suntuk.

Menjelang makan malam, Kurnia datang menggunakan sepeda motor. Irsyad membukakan garasi agar Kurnia bisa memarkir motornya disana. Walaupun Irsyad selalu menganggapnya seperti adik, tapi Kurnia selalu saja menaruh hormat pada. Kurnia selalu bersikap seperti babu era modern di mata Irsyad.

Kurnia memang pemuda pemalu pada awalnya. Secara bertahap, Irsyad yang mengubah penampilannya, sampai bisa glow up hanya dalam waktu tak sampai dua tahun. Meski Irsyad menyarankan Kurnia untuk menggunakan lensa kontak, tapi ia memilih memakai kacamata. Lebih nyaman, ujarnya setiap kali Irsyad merajuk sampai manyun.

"Kangen gak?" Irsyad bertanya.

"Kangen kenapa?" Kurnia membalas lalu mendengus kecil.

"Kan gak ketemu seminggu."

"Gak ngasih oleh-oleh. Kangennya ilang."

"Kalo ngasih pelukan, kangennya bisa balik lagi gak?" Irsyad berujar sambil membentangkan tangannya. Menunggu Kurnia untuk membenamkan wajah imutnya itu di dalam dada bidang Irsyad.

Kurnia melepas kacamatanya. Menyelipkan ke saku celananya. Lalu melakukan seperti yang Irsyad minta. Sekaligus melakukan hal yang ia inginkan selama Irsyad liburan seminggu.

Tubuh Kurnia agak kurus. Tinggi badannya hanya sebatas bahu Irsyad. Bukan karena Kurnia pendek. Irsyad saja yang terlalu tinggi sejak naik ke Level 11. Makanya Kurnia selalu bisa membenamkan wajahnya ke dada bidang Irsyad.

Kurnia masih bersekolah di sebuah SMU Negeri. Semua biaya pendidikan sudah di tanggung oleh Irsyad. Terutama sejak Irsyad bekerja di perusahaan Ayahnya sebagai seorang hacker. Usia Kurnia dua tahun lebih muda dari Irsyad.

Wajah imut Kurnia selalu berubah mesum tiap kali menghirup aroma tubuh Irsyad. Apalagi tadi Irsyad masih sempat melakukan quickie sex. Tubuhnya masih mengeluarkan aroma keringat yang sudah kering. Meski tanpa parfum, Irsyad tak pernah mengalami bau badan.

Pada dasarnya ia tak memiliki aroma tubuh. Karena menjelma sebagai manusia saja, akhirnya ia memiliki aroma buatannya sendiri. Kurnia selalu tergila-gila pada aroma tubuh Irsyad.

Semuanya berawal saat Irsyad berada di pertengahan semester saat Level 11. Ia sedang melakukan masturbasi di dalam kamar. Kurnia masuk tanpa mengetuk pintu. Saat itu, yang panik justru Kurnia. Bukannya keluar, ia malah tetap berada di dalam kamar. Menutup dan menguncinya dari dalam. Namun tetap berdiri dan memalingkan wajahnya sambil bersandar pada pintu.

Sebagai hukuman, Irsyad memerintahkan Kurnia untuk berjongkok dan membuka mulutnya. Ia menyemburkan spermanya di dalam mulut Kurnia. Memberi perintah untuk menelan spermanya, tanpa tersisa.

Membayangkan saja awalnya membuat Kurnia takut. Ia takut muntah dan mengotori lantai kamar. Tapi setelah sperma Irsyad menyembur di dalam mulutnya, Kurnia justru bersemangat menyedot kepala kontol Irsyad sampai lupa diri. "Ternyata enak!" Serunya lirih.

Sejak saat itu Kurnia selalu ingin berdekatan dengan Irsyad. Bahkan diam-diam Irsyad selalu meminta Kurnia mandi bersama. Hanya untuk mengabulkan keinginan Kurnia, yaitu menenggak sari pati kejantanannya.

"Kur... Kemaren ada yang bilang ke gue. Katanya dia bakal gila cuma gara-gara gak minum pejuh gue selama seminggu. Gue kasian banget. Soalnya dia sampe nangis-nangis."

Mendengar itu Kurnia mengeratkan pelukannya. Seolah tak ingin Irsyad melihat wajahnya yang merah seperti kepiting rebus. Akhirnya justru Kurnia yang terkejut saat Irsyad meraih dan mengangkat kedua kakinya. Ia memeluk erat Irsyad dalam gendongannya.

Re:XXX [3rd Season]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang