Re:XXX [3rd Season]

•• 20 - Extra ••

"Gue heran... Kenapa Anjas selalu nolak permintaan gue? Padahal diluar sana, ada berderet-deret cewek sampe ngemis-ngemis pengen deket ama gue. Elu tau jawabannya, Ric?"

Mendengar pertanyaan tersebut, Rico hanya mengangkat bahu. "Karena Anjas bukan cewek," ucapnya setelah membungkus permen karet yang rasanya sudah tawar pada secarik tissue.

"Hehe... Hehehe... Hahahaha...." Ardo terkekeh mendengar ucapan Rico. "Bener juga," ucapnya pendek sebelum menenggak tequila yang Rico berikan.

Kalau ada satu saja teman kerja mereka yang melihat Ardo dan Rico sedang duduk berdua seperti sekarang, pasti mereka mengira sedang bermimpi. Bagaimana bisa Tom and Jerry duduk bersebelahan menikmati sebotol tequila berdua?

Mereka tak pernah saling sapa meski berpapasan. Walaupun sering tampil sepanggung, mereka tak pernah sekalipun melakukan kontak mata. Bahkan mereka tak pernah mengeluarkan sepatah katapun, meski sering terlihat bersebelahan di ruang ganti. Padahal locker mereka bersebelahan.

Kalau ada yang bertanya mengenai sikap satu sama lain, Rico memilih untuk diam. Raut wajahnya sama sekali tak berubah. Seolah ia tak mendengar apapun. Sementara Ardo, biasanya hanya memberikan sebuah senyum tipis, lalu mengalihkan topik pembicaraan. Mereka berasal dari kota yang sama.

Sebagian kecil teman kerja sudah mengetahui hal tersebut. Tapi Rico pernah memberikan sebuah gelengan kepala saat ditanya apakah ia mengenal Ardo. Setelah itu ia akan diam dan tak menggubris pertanyaan lain, yang sekiranya berhubungan dengan Ardo.

Hal yang sama juga terjadi pada Ardo. "Rico siapa?" Tapi itu terjadi saat mereka menjadi Rookies. Setelah menjadi senior pun, Ardo tak pernah sekalipun melakukan kontak mata dan fisik dengan Rico. Lambat laun membuat semua orang tak ambil pusing. Dan pada akhirnya Ardo dan Rico bisa bernafas lega.

Faktanya, Ardo dan Rico memang saling mengenal satu sama lain. Tak hanya saling mengenal, keduanya adalah sahabat karib sejak kecil. Orang tua mereka bertetangga sejak setahun sebelum Ardo lahir. Secara kebetulan, Ardo lahir di tanggal dan bulan yang sama dengan Rico. Jarak usia mereka hanya terpaut satu tahun.

Hal tersebut yang membuat keduanya semakin dekat. Karena bertetangga, selalu saja orang tua mereka merayakan ulang tahun dengan cara makan malam bersama. Ardo kecil bahkan pernah mengira kalau Rico adalah kakaknya. Tak heran jika ia sering kali menginap di rumah Rico, ataupun sebaliknya.

Ardo merupakan nama panggilan yang Rico berikan saat ia duduk di bangku kelas 6 Sekolah Dasar. Sementara Ric, adalah nama panggilan yang sering Ardo ucapkan. Sampai akhirnya semua orang yang belum mengenal mereka, selalu beranggapan kalau namanya adalah Rico.

Nama asli Ardo adalah Arkana Dominic Brown. Ayahnya berdarah campuran Inggris dan Palembang. Kakek dari Ayahnya juga berdarah campuran, yakni Inggris dan Cina. Ibunya berdarah campuran Lampung dan Belanda. Faktor genetik dari leluhur Ibunya yang merupakan keturunan Belanda, terlihat masih menurun pada Ardo. Salah satunya adalah rambutnya yang berwarna dark brown berkesan sedikit pirang bila tertimpa sinar matahari.

Sementara Rico memiliki nama asli Cazim Richard Ormistone. Ayahnya merupakan seorang ekspatriat berkebangsaan Skotlandia. Tak heran jika Rico sebenarnya memiliki warna rambut kemerahan seperti Ayahnya. Hanya saja pengalaman buruk semasa kecilnya, dimana Rico sering mendapat olok-olok karena memiliki penampilan berbeda, membuatnya selalu mewarnai rambutnya dengan warna hitam. Hal tersebut tak cukup untuk membuat semua olok-olok tersebut berhenti.

Hanya karena memiliki penampilan fisik berbeda, Rico selalu menjadi bulan-bulanan. Tak ingin melihat putranya stress, Ayahnya memindahkan Rico ke sebuah Internasional School. Disana Rico mulai memiliki kepercayaan diri untuk menunjukkan pesona ketampanannya tanpa harus berusaha keras. Warna rambut aslinya yang kemerahan, membuatnya terlihat mencolok diantara murid lain, yang sebagian besar merupakan anak-anak berdarah campuran.