•• 43 - D ••

31 6 0
                                    

Tunas datang lagi setelah sebulan sibuk dengan pekerjaannya. Ia datang sendiri, setelah sehari sebelumnya Gavin pamit pulang untuk menggantikan Parth. Sementara Wafi akan datang minggu berikutnya setelah Tunas selesai berlibur. Ragnala menyambut hangat kedatangan Tunas.

Selama sebulan, biasanya Gavin hanya pulang seminggu. Ia sering menghabiskan waktu bersama Raksa dan kedua putra mereka. Ragnala yang mengatakan sendiri ungkapan tersebut.

"Kami berdua memang anaknya Bapak. Tapi kami juga anak-anaknya Papa."

Ucapan Ragnala itu yang membuat Gavin terharu. Tak menyangka ia bisa di terima dengan sangat mudah. Rahagi selalu betah berlama-lama duduk di pangkuan Gavin. Apalagi setiap Gavin membantunya belajar. Maka Rahagi selalu bersemangat mengerjakan tugas sekolahnya.

"Om Tu kali ini tidur di kamarku, ya?" Ragnala menawarkan diri.

"Hmmm... Om Tu datang untuk melatih anjing di rumahnya Lik Arlan, sayang."

"Yah..."

"Nala saja yang temani Om Tu di kamar tamu rumah Lik Arlan."

"Oke!"

Anjing di rumah Arlan yang dimaksud Tunas bukanlah seekor anjing sungguhan. Melainkan Lingga yang menempati sebuah pondok kayu di ladang pada halaman belakang rumah Arlan. Tampilan luarnya memang sebuah pondok kayu. Tapi Lingga selalu berada di dalam kandang anjing di basement yang luasnya setengah luas ladang. Kandang anjing yang di tempati Lingga, merupakan kandang anjing untuk Husky ukuran dewasa.

Rahagi sudah tak pernah bermain di ladang tersebut. Tapi Ragnala mengetahui keberadaan Lingga. Wafi pernah mengajaknya. Tapi respon Ragnala hanya mengangkat alis, menatap Wali Kelasnya meringkuk di dalam kandang. Tubuhnya bugil. Mata tertutup. Leher terikat kalung. Sebuah butt plug yang memiliki ekor, menyumbat lubang analnya. Kontolnya terkungkung di dalam sebuah cock cage berbahan besi.

Beberapa kali Ragnala mengajak jalan-jalan Lingga di halaman belakang. Ia selalu tersenyum, karena Lingga tak pernah menyadari sosok yang mengajaknya berputar-putar di halaman merupakan Ragnala. Orang yang sering mengencingi wajah Lingga juga Ragnala. Wafi bilang Lingga menyukainya. Saat di coba, bukannya marah, Lingga malah terlihat senang. Sering kali Lingga malah membuka mulut. Sampai membuat Ragnala heran sendiri.

Setelah membantu Tunas memindahkan pakaian dari koper ke lemari, Ragnala terkejut saat Tunas memeluknya dari belakang. "Terima kasih," Tunas berbisik setelah mengecup pipi Ragnala.

"Sama-sama Om. Aku ke warung dulu Om. Kalo butuh apa-apa, telpon aja."

"Oke."

Ragnala terlihat sangat senang. Sejak Bapaknya menjalin hubungan serius dengan Gavin, Ragnala jadi punya banyak saudara baru. Tunas memang terlihat lebih dekat dengan Ragnala. Kalau Ragnala terlihat memiliki kesulitan, terutama dalam hal pelajaran, Tunas yang mengulurkan tangan duluan untuk membantu. Bahkan setelah kembali ke Sumatera, Tunas yang rutin menghubungi Ragnala. Membantunya belajar melalui video call.

Rahagi bahkan semakin dekat dengan Wafi. Kemanapun selalu mengikutinya. Seperti seekor itik mengekor induknya. Saat Wafi pamit pulang, Rahagi terlihat sedih. Tak sampai menangis memang. Tapi itu justru membuat dada Ragnala terasa sesak melihat raut wajah Rahagi. Mereka baru kenal seminggu lebih, tapi Ragnala mengakui kedekatan mereka selama beberapa hari terakhir.

Kedatangan Tunas cukup untuk mengobati kerinduan Rahagi. Saat Ragnala baru membuka pintu depan, berniat pulang, ia berpapasan dengan Rahagi.

"Mas. Om Tu mana?"

"Di kamar. Istirahat. Kan baru sampe. Kalo Agi mau ajak main, nanti kan bisa."

"Yahhh... Mas..."

"Agi ya?"

Re:XXX [3rd Season]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang