•• 43 - E ••

48 7 1
                                    

"Kamu enggak pengen mandi, Cak?"

"Kenapa? Badanku bau?"

"Enggak bau. Tapi apa badanmu enggak kerasa lengket?"

"Lumayan. Mandi bareng yuk."

"Niatnya emang gitu."

"Dasar! Bilang kek ngajakin mandi bareng!"

"Nanti aku pinjem baju kamu ya?"

"Ngapain pake baju? Bukannya kamu nginep?"

"Boleh nginepnya Sabtu dan Minggu aja."

"Oalah. Yowes..."

"Yah... Jangan pasang muka sedih dong, Nala. Aku juga pengen. Tapi dilarang keras selain weekend."

"Iya. Paham kok. Eh? Aku mau bawa turun apron dulu. Kelupaan."

"Oke. Aku tungguin."

Saat berada di warung kopi, Ragnala melihat Burhan masih ada disana. Bapaknya bilang, itu sudah cangkir ketiga.

"Ketagihan, kan?" Ragnala bertanya setelah menggantung apron.

"Iya. Kopinya enak," jawab Burhan.

"Ajak temen kamu nongkrong disini juga."

"Pasti. Wicak kemana?"

"Dia lagi mandi. Tiap abis maen bola, dia selalu mandi disini," Ragnala menjelaskan. Kemudian menyapa Fahmi yang baru saja datang. "Keatas yuk," ajaknya ke Fahmi.

"Wicak gak jadi kemari?" Fahmi bertanya setelah basa-basi menyapa Burhan.

"Lagi mandi," jawab Ragnala. "Sendalnya taro di rak. Tuh di sebelah sepatunya Wicak. Biar gampang ketemu," ucapnya menunjuk rak sepatu di dekat pintu.

Melihat keakraban Ragnala dengan Wicak dan Fahmi, membuat Burhan semakin kesal. Tapi dia memang langsung suka dengan kopi yang sudah ia beli tiga kali. Ia tak pernah ingat selalu menghina Ragnala. Menganggapnya sebagai candaan. Padahal candaannya melukai hati banyak orang.

Yang membuatnya semakin heran, setelah Ragnala dan Fahmi masuk, Burhan mengeluarkan ponselnya. Menghubungi beberapa temannya. Melihat harga di menu semuanya murah, maka ia berniat untuk mentraktir beberapa orang yang dikirimi chat.

"Lima orang pertama yang sampai, aku traktir," ketik Burhan di sebuah grup chat.

Sementara itu di dalam kamar mandi, Ragnala mengajak Fahmi untuk mandi lagi. Padahal penampilannya sudah rapi. Seperti cowok yang pergi mengapeli ceweknya. Fahmi tak bisa menolak ajakan Ragnala. Apalagi saat melihatnya bugil, Fahmi langsung melepas seluruh pakaiannya. Kemudian menyusul masuk.

Selama beberapa menit, Fahmi berdiri memperhatikan Ragnala yang sedang berciuman dengan Wicak. "Kalian brengsek!" Serunya setelah mereka selesai berciuman.

"Kenapa Fahmi?" Wicak bertanya.

"Kamu cemburu?" Ragnala ikut bertanya. "Soalnya ini edisi perdana kita bertiga begini kan?"

"Gak ada istilahnya aku cemburu. Liat nih! Aku ngaceng liat kalian ciuman!" Fahmi menunjuk kontolnya yang tegak mengacung. Terlihat manggut-manggut.

Wicak meraih belakang kepala Fahmi. Sementara Ragnala meraih bongkahan pantatnya. Keduanya menarik Fahmi nyaris bersamaan. Di bawah guyuran air hangat, Ragnala melumat bibir Fahmi. Sementara Wicak menciumi leher dan daun telinga Ragnala. Dan secara bersamaan, Ragnala menyelipkan jari tengahnya ke lubang anal Wicak dan Fahmi.

Ragnala selalu menyukai ekspresi wajah keduanya setiap kali lubang pantat mereka sedang dimainkan menggunakan jari. Bergantian Ragnala melumat bibir mereka. Benar-benar sulit dipercaya melihat cowok seimut Ragnala, adalah pihak yang lebih mendominasi dua cowok manly seperti Wicak dan Fahmi.

Re:XXX [3rd Season]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang