•• 41 - B ••

75 7 0
                                    

Arlan masih saja terpukau tiap kali melihat Ruben memuntahkan butiran berlian. Kali ini berlian tersebut memiliki warna pink dari air matanya di sebelah kiri. Dan berwarna biru dari air matanya di sebelah kanan.

Irsyad yang mengumpulkan ribuan butir berlian itu. Yang membuatnya terkejut adalah saat Irsyad ternyata mampu membuatnya terbang seperti yang Ruben lakukan.

Melihat Arlan penasaran, Ruben memberi perintah agar Irsyad menunjukkan wujud aslinya sebagai Vagri.

"Nama aslinya Vagrada Mantium. Tapi Baba Adam selalu memanggilnya dengan sebutan Vagri," ucap Ruben. "Kalau ada apa-apa, bisa minta tolong ama Irsyad. Nanti pasti identitas dia yang bernama Vagri ini bisa bantuin elu, Lan."

Vagri kembali ke wujud Irsyad. Ia membawa keluar butiran berlian tadi. Meletakkannya di dalam mobil. Kemudian kembali untuk membuatkan minuman di dapur, yang berada di lantai dua. Ruben dan Arlan sedang duduk di ruang keluarga yang bersebelahan dengan dapur.

Desain rumah tersebut memang sedikit unik. Karena ruang keluarga menghadap ke halaman belakang. Sementara ruang makan berada di lantai atas garasi mobil. Memiliki dinding kaca di sisi kanan dan depan. Sehingga bila menikmati makan malam atau memiliki acara pribadi, bisa terlihat dari luar jika semua tirai dibuka.

Saat menunggu di luar tadi, Irsyad sempat mengajak keponakan Arlan yang besar ke supermarket terdekat. Ia membeli berbagai macam sirup dan minuman bersoda. Termasuk beberapa jenis buah.

Sekarang Irsyad sedang meracik mocktail. Ia sudah menghubungi keponakan dan paman Arlan untuk bergabung bersama mereka di rumah baru Arlan. Secara tak langsung, Irsyad mengatakan bahwa Arlan masih memiliki keluarga yang sangat peduli dengan dirinya. Ia harus merelakan yang sudah pergi. Ia harus memikirkan bagaimana cara melindungi anggota keluarga yang tersisa.

Melihat Arlan kembali ceria, membuat Irsyad lega. Ia bisa melihat kegundahan Ruben saat memberi waktu pada Arlan untuk sendiri. Dua rumah yang ditempati keluarga kecil paman Arlan adalah salah satu bukti kepedulian Ruben. Semua biaya pembangunan Ruben yang menanggung.

Selama rumah dibangun ulang, mereka bertiga menempati salah satu kamar di rumah baru Arlan. Mereka tak mau menempati ruangan selain kamar tidur yang menghadap ke arah depan. Semua kamar tidur memang berada di lantai tiga. Dua kamar di sisi kiri rumah. Memiliki batas sebuah balkon.

Lalu sebuah master bedroom di sisi kanan rumah. Luasnya dari depan sampai belakang rumah. Terdiri dari sebuah kamar tidur yang menghadap halaman samping kanan dan belakang. Sebuah walk in wardrobe di bagian depan, bisa berganti pakaian sambil melihat suasana di depan rumah, tapi orang diluar tak akan bisa melihat ke dalam. Di tengah terdapat kamar mandi yang luas. Terdiri dari toilet, shower box, wastafel, dan bathtub.

Belakangan Arlan baru tahu. Rumah tetangga kanan dan kiri tiga rumah di belakang, semuanya di beli. Rumah mereka dirubuhkan. Kemudian di bangun pagar beton setinggi tiga meter sebagai pembatas. Harga tanah disana per meter sebenarnya murah. Tapi Irsyad mengatasnamakan Arlan, membeli dengan harga tinggi.

Pantas saja Arlan merasa ada yang kurang di kanan kiri rumah itu. Apalagi saat melihat halaman belakang yang luas. Sebagian di pakai sebagai kebun oleh Pamannya. Irsyad yang menyuruh. Mengatasnamakan Arlan lagi. Ada empat pohon mangga di belakang. Masing-masing pohon memiliki jenis berbeda.

Saat menikmati mocktail, keponakan Arlan yang kecil melambaikan tangan dengan sangat polos. Ada beberapa anak-anak di luar. "Ajak kesini temennya," ucap Irsyad.

"Mereka bukan temenku, Om."

Jawaban bocah kecil itu terasa menohok hati Irsyad. Rasanya ia sampai ingin muntah darah mendengarnya. Namun setelah menelusuri isi kepala si bocah kecil, ucapannya memang jujur. Hanya murid di sekolah yang ia anggap sebagai teman. Karena anak-anak seumuran di wilayah rumah, tak satupun yang mau berteman dengannya.

Re:XXX [3rd Season]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang