•• 32 ••

74 8 0
                                    


Sekujur tubuh Alvaro gemetar hebat. Seperti sedang menggigil. Ia selalu meremehkan perasaan Rifki. Tapi tidak lagi setelah ia mengambil keputusan untuk menceraikan istrinya. Kesibukannya selama empat bulan terakhir memang membuatnya lupa dengan Rifki. Tapi melihatnya memasang ekspresi lesu seperti tadi, membuatnya khawatir.

Alvaro mengira Rifki akan melupakannya setelah beberapa bulan tak bertemu. Tapi ia salah. Salah besar. Rifki masih menyimpan rasa yang sama. Ia menjaga baik-baik rasa suka dan cintanya terhadap Alvaro. Bersikap mesra dengan Aris dihadapan Rifki, niat hati Alvaro hanya ingin menggodanya. Bukan membuat harapannya hancur berkeping-keping.

Belum pernah Alvaro merasa setakut itu. Sudah seminggu ia menemani Rifki, yang mengalami koma setelah menabrakan dirinya ke sebuah mobil. Beruntung orang yang menabraknya bersedia untuk bertanggung jawab. Meski demikian, pihak kepolisian tetap bertindak tegas menahan orang yang ada di belakang kemudi. Walaupun Alvaro meminta untuk membebaskannya, tapi hukum terus berlanjut. Membuat Alvaro tak bisa berbuat apa-apa selain mengharapkan Rifki untuk segera tersadar.

Masa kritisnya memang sudah berhasil Rifki lalui. Bahkan pihak Rumah Sakit tak berani gegabah memberikan statement, bahwa kondisi Rifki sudah membaik. Yang terakhir Alvaro ketahui, kondisi Rifki masih harus berada di bawah pengawasan tim dokter. Benturan keras di kepalanya harus mendapat perawatan intensif.

Saat Alvaro sangat mencemaskan kondisi Rifki, di sebelahnya Ilyas masih merasa emosi. Ia tak marah dengan sifat kekanan Alvaro yang berniat menggodanya. Ia juga memaafkan Aris, yang sampai sekarang masih mengurung diri di dalam kamar.

Yang membuat Ilyas sangat marah adalah keluarga Rifki. Tak ada satupun anggota keluarga Rifki yang datang. Bahkan setelah Alvaro sendiri mendatangi rumah mereka. Hingga detik ini, hanya Alvaro dan Ilyas yang rutin menjenguknya.

Aris merasa sangat bersalah. Hari itu Aris juga merasa cemburu dengan hadirnya sosok Rifki. Tapi setelah mendengar cerita mengenai Rifki, yang masih setia mengharapkan Alvaro, membuat Aris merasa ia tak hanya melukai perasaan Rifki. Ia menghancurkan seluruh harapannya.

Aris tak mungkin sekuat Rifki. Ia pasti berpaling ke hati lain, jika satu atau dua bulan menahan diri, tapi hanya dibuat kecewa. Tapi Rifki berbeda. Ia selalu menahan sakitnya sendiri. Dan hari itu Aris menghancurkannya berkeping-keping. Ia merasa menang saat melihatnya menangis sendirian di teras. Tapi membayangkan Rifki selalu seperti itu selama lebih dari setahun, membuat Aris merasa telah menjadi pembunuh. Ia yang membuat Rifki sampai nekat melakukan itu.

"Ki... bangun Ki... Maafin gue selalu nyakitin elu..."

Ilyas tetap berada di dalam ruangan. Memperhatikan Alvaro memohon kepada Rifki untuk segera tersadar. Yang bisa mereka lakukan sekarang hanya berdoa. Dokter bilang, walaupun dalam kondisi koma, Rifki bisa mendengar dan menangkap suara apapun yang ada disekitarnya.

Setelah Ilyas keluar, kini Alvaro membaringkan kepalanya di samping kepala Rifki. Setiap kali datang menjenguk, ia selalu mengatakan penyesalannya. Ia tak ingin Rifki pergi meninggalkan dirinya, saat ia sudah merasa bahagia dan terlepas dari belenggu yang mengatasnamakan cinta.

"Ki... Kasih gue kesempatan buat nunjukin ke elu... Gue sayang elu, Ki... Gue takut kehilangan elu... Bangun ya Ki... Gue mohon... Bangun Rifki sayang..."

Alvaro mendaratkan kecupan di pelipis kiri Rifki. Membelai rambutnya dengan sangat hati-hati. Setiap kali jam besuk berakhir, kedua mata Alvaro selalu saja bengkak.

"Ilyas. Elu ngapain?" Alvaro bertanya pada Ilyas yang sedang meremas selangkangan Rifki.

"Gue heran ama elu, Ro. Secara fisik... Rifki tuh cakep," Ilyas menjawab. Tangannya masih berusaha meremas selangkangan Rifki. Tapi Alvaro berulang kali menyingkirkannya. "Inget waktu kita jalan-jalan di Mall? Waktu elu keliatan gak peduli ama Rifki? Ngebiarin dia nunggu di luar toko hape. Padahal elu beliin dia banyak baju. Termasuk minta pendapat gue buat beliin dia hape baru, gara-gara elu ngeliat layar hape Rifki yang keliatan retak dimana-mana."

Re:XXX [3rd Season]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang