•• 43 - B ••

35 6 0
                                    

"Kiiitaaaa... kaya raya!!!" Seru Ruben meniru adegan di beberapa film, saat aktornya menemukan harta karun. "Yaaaayyyyy!!!" Atlas menyahut dan bersorak kegirangan.

"Kalian emang klop banget!" Troy mengomentari kelakuan Ruben dan Atlas di seberang meja. Sementara Rico hanya bisa geleng-geleng kepala.

"Jadi ini kekuatan lu, Ben? Ngerubah pejuh menjadi berlian," Rico akhirnya ikut mengomentari. Sebagai orang yang dikenal sebagai pekerja keras. Mengumpulkan uang dengan cara instan. Apapun profesinya. Rico tak bisa menutupi matanya yang menjadi logo dollar.

"It's all yours. Buat kalian berdua. Bagi rata. Jangan bunuh-bunuhan," ucap Ruben dan Atlas saling bersahutan setiap satu kalimat.

"Satu genggam ini, harganya jatah uang jajan lu selama setahun dari gabungan Baba Damian dan Papa Joseph loh, Troy."

"Ha?" Troy mengangkat alis.

"Uang jajan?" Rico bertanya pada Troy.

"Baba selalu ngasih uang saku bulanan," jawab Troy dengan jujur.

"Ayah Ximon dan Daddy Max juga gitu," Atlas menyahut.

"Wajar aja. Mereka kebanyakan duit. Tapi anak mereka cuma elu dan elu," Ruben menunjuk hidung Atlas dan wajah Troy. "Bahkan Baba Adam gue dan Daddy Gustav juga masih rutin ngasih uang saku bulanan."

"Makanya elu gak butuh semua berlian ini, kan?" Rico memindahkan panci besar berisi berlian di meja ke pangkuannya.

"Iya. Iya. Itu buat kalian. Pokok setiap kali kalian ngewe, pejuh kalian bakal otomatis gue ubah jadi itu," ucap Ruben.

"Oya? Walaupun kami cuma ngewe berdua tanpa kalian?" Troy bertanya.

"Tiap ngewe kita sedia mangkok. Atau panci. Muncul berlian. Kita kayak pesugihan ya, Troy?" Rico mengomentari ucapan Ruben.

"Terus kemampuannya Atlas apa dong?" Troy bertanya. Mengacuhkan komentar Rico.

"Atlas mampu di gang bang cowok tiga puluh satu provinsi."

"Mulut! Kalo ngomong sering sembarangan!" Atlas mencubit bibir Ruben, lalu menarik dan menyentilnya dengan keras. Rico dan Troy tertawa melihat bibir Ruben yang jontor.

"Papa shasat pa panti khapian jupa pau."

"Hm?" Troy mengernyit. Tak paham dengan ucapan Ruben.

"Pada saatnya nanti, kalian juga tau..." Ruben merespon dan menjelaskan melalui telepati.

Diantara mereka berempat, yang paling terkejut adalah Rico. Itu adalah pengalaman pertama, mendengar ada suara di dalam kepalanya. Baru ia ketahui secara pasti, telepati memang benar-benar ada. Sementara Troy, mengangguk kecil menanggapi Ruben. Troy mulai terbiasa melakukan telepati dengan Damian dan Joseph sejak mengetahui rahasia orang tuanya.

"Ngomong-ngomong Ben, elu ngasih berkat ke ponakannya Arlan, kan?"

"Hmm..." Ruben menjawab pertanyaan Atlas dengan anggukan kecil.

"Boleh gue berkati juga?"

"Selama kagak membahayakan Bocal dan keluarganya, gue kasih ijin."

"Gue cuma mau ngasih sedikit booster dari berkat yang udah ada."

"Terserah."

"Oke," Atlas tersenyum dan terlihat senang mendengar persetujuan dari Ruben secara langsung.

Sebelum kembali ke rumah Troy dan Rico, Ruben mengatakan ia liburan ke rumah Arlan di kampung halamannya. Ia juga menjelaskan situasi disana secara mendetail. Termasuk menandai Rahagi untuk melindunginya. Dan 'berkat' yang Ruben berikan pada Ragnala. Tapi Ruben belum menandai Raksa. Karena pikirnya, sudah ada Gavin yang sewaktu-waktu bisa menjadi pelindung untuk Raksa.

Re:XXX [3rd Season]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang