•• 12 - B ••

173 19 9
                                    


Arif terlihat melangkah dalam keadaan bugil. Warna kulit gelapnya selalu membuat Aruna berdesir. Terlebih lekuk tubuhnya yang kekar, selalu membuat Aruna betah memeluknya.

"Sudah siap sayang?"

Arif tersenyum sambil mengangguk. Ia masih tegang, setegang batang kontolnya yang sedang berada dalam genggaman tangan Aruna. Tapi rasa penasarannya juga kian besar saat Aruna mengatakan ia ingin melakukan variasi dalam urusan ranjang.

Selama Arif melakukan enema di kamar mandi, Aruna sudah menggelar sebuah matras tipis diatas kasur. Arif menuruti permintaan Aruna agar dirinya menungging di kasur bermatras. Ia mempersilahkan Aruna untuk memasang penutup mata. Sebuah mouth gag berbentuk tongkat kecil berbahan karet, memiliki panjang sekitar setengah jengkal, dipasangkan ke mulut Arif.

Aruna memasang sebuah tongkat penyangga diantara kedua lutut Arif. Menurut penjelasan Aruna, tongkat berbahan stainless dengan bagian ujung masing-masing berbahan karet tersebut, akan menjaga kedua kakinya tetap terbentang. Tongkat kedua dipasangkan diantara pergelangan kaki Arif. Menyambut dengan sepasang borgol berbahan kulit yang mengikat kedua pergelangan tangan Arif. Tepat di masing-masing sisi luar pergelangan kakinya tersebut.

Melihat kondisi Arif seperti itu, membuat Aruna tak tahan untuk mengabadikannya. Ia mengambil foto dari segala penjuru. Ia bahkan merekam bibir anus Arif yang terlihat berkedut-kedut.

Sebenarnya Aruna ingin menggunakan perangkat lain. Tapi ia tak mau Arif curiga. Maka dari itu, ia hanya menggunakan ujung jemari lentiknya membelai sekujur tubuh Arif.

Dilain pihak, Arif bisa merasakan bibir vagina Aruna menyentuh kepalanya. Ia tahu Aruna sedang berjongkok di atas kepalanya sambil memilin kedua putingnya. Dulu ia selalu canggung jika orang lain memperhatikan putingnya yang berwarna gelap. Tapi Aruna menyukainya. Ia selalu berlama-lama menyucup kedua putingnya bergantian. Sampai pada akhirnya kedua puting Arif menjadi salah satu bagian tubuh yang paling sensitif jika tersentuh.

Arif bisa merasakan kedua payudara Aruna tergencet di punggungnya. Dagu Aruna terasa sedang bersandar pada pinggulnya. Sementara ujung jemari lentiknya sedang membelai paha, betis, kembali ke paha. Lalu berhenti di bongkahan pantatnya. Ia bisa merasakan remasan tangan Aruna.

Sekujur tubuh Arif meremang dan menggeliat saat ia merasakan ujung lidah Aruna menyentuh bibir anusnya yang sedari tadi berkedut-kedut. "Nghhh..." Arif tak bisa menahan lenguhannya. Meski terasa geli, tapi muncul sensasi aneh yang lambat laun terasa nikmat. Suara kecap di mulut Aruna dengan bibir anusnya, terdengar bersahutan dengan erangan tertahan Arif.

Arif merasakan sesuatu yang basah dan hangat mengilik bibir anusnya. Itu pasti lidah Aruna, pikir Arif. Karena ia bisa merasakan hembusan nafas Aruna pada permukaan kulitnya. Beruntung ia tadi melakukan semua instruksi Aruna. Kalau tidak, Arif pasti merasa sungkan karena membiarkan Aruna memainkan lidahnya disana.

Tak salah Arif mempercayai dan menuruti keinginan Aruna. Meski masih kagok, tapi permainan baru mereka saat ini membuat Arif merasa dirinya sedang mengalami siksaan kenikmatan yang belum pernah ia rasakan. Arif tak pernah membayangkan sebelumnya, bahwa ia menikmati rojokan jemari lentik Aruna pada lubang anusnya.

Arif tak merasa risih. Hanya bingung harus berbuat apa. Padahal saat ini Aruna tak meminta dirinya untuk berbuat apa-apa. Aruna hanya memintanya untuk diam. Serta membiarkan dirinya berada di bawah kendali.

Termasuk saat Aruna melepaskan ikatannya. Dengan mata masih tertutup, Arif mengikuti Aruna yang membimbing di depan sambil menggenggam batang kontolnya yang tegak mengacung.

Semilir angin menyejukkan tubuh Arif yang sejak tadi bermandikan keringat. Ia yakin saat ini mereka berada di balkon. Tempat favorit Arif mencumbu Aruna dengan berbagai macam posisi.

Re:XXX [3rd Season]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang