Eveline [END]

34. makan malam terkahir

Happy reading!

******

Pak Harto sedikit terkejut ketika Bu Sri datang dengan tiba tiba meletakkan koran.

Daripada membaca berita artikel di hp, Bu Sri lebih sering dan lebih suka membaca berita dari Koran.

"Apa ini?" Tanya Pak Harto dengan raut bingung.

"Bacalah, kampus kita bisa kena masalah." Bu Sri berujar dengan sedikit marah.

Pak Harto pun mengambil koran itu, dan membaca nya sekilas. Matanya terbelak tak percaya membaca berita yang ditulis itu.

"A-apa maksudnya ini? Berarti kita salah mengeluarkan orang?" Tanya Pak Harto kaget.

"Benar, dan pelaku sebenarnya adalah Mela dan Vira. Mahasiswi bapak sendiri." Walau jahat jahat begini, dan banyak dibenci mahasiswa(i), Bu Sri selalu baik pada mahasiswa yang di ajarnya.

"Ini sudah termasuk pencemaran nama baik, keluarga Merlia tidak akan diam saja pasti ketika putrinya ternyata tak bersalah," imbuh Bu Sri.

"Apa tadi? Mela?"

Bu Sri mengangguk menanggapi ucapan Pak Harto.

Tangan Pak Harti mengepal geram, "sial! Anak itu yang bicara sama saya kalau Eveline harus dikeluarkan."

Bu Sri menyunggingkan senyum, "bisa bisa nya anda mempercayai itu tanpa mencari tau kebenaran nya dulu."

Pak Harto menghela nafasnya, "kalau gitu, buat surat permintaan maaf pada Eline, kemudian dia akan diizinkan masuk kembali tanpa mengulang."

"Anda ini memang selalu bertindak tanpa berfikir, anda tau sendiri bagaimana sifat Eveline itu," ujar Bu Sri.

"Hanya itu yang bisa dilakukan," sahut Pak Harto.

"Baiklah akan segera saya buat surat itu, tapi mungkin kampus ini tak bisa terhindar dari hukuman."

*****

16.16

Devan memasuki ruangan bosnya. Andre terlihat sedikit sibuk untuk urusan perusahaan yang makin rumit rasanya.

"Selamat Sore pak." Devan menyapa dengan membungkukkan badan sedikit.

Andre mendongak, "selamat sore, ada apa?"

"Saya hanya ingin memberitahu, kalau tuan Gale sudah berhasil menyelesaikan kasus Evelin dengan tangannya sendiri." Devan memberi tahu dengan tersenyum tipis.

Andre langsung menarik ujung bibirnya, "benarkah?"

Devan pun mengambil ponsel dari saku kemeja nya, setelah mendapat artikel yang tepat, dia langsung memperlihatkannya pada Andre.

Andre tak kuasa menahan senyum nya, dia benar benar bangga dengan putra semata wayangnya itu.

"Bagus, sekarang giliran saya bertindak." Andre berujar dengan tersenyum riang.