46. Melamar

88 2 0
                                    

Happy reading!

*****


"Huh, kelas lagi, kelas lagi, kapan lulusnya sih.." Putri mengeluh sambil duduk disamping Eva.

Hari ini, mereka ada kelas pagi. Dan mengharuskan untuk datang pagi, itu sangat sangat tidak mudah. Mereka harus bangun pagi, apalagi jika harus terhalang macet berkepanjangan.

Tamat sudah riwayat mereka jika yang mengajar dosen galak, alamat,  bolos kelas adalah andalan mereka.

"Sabar, bentar lagi bikin skripsi." Eva menyahut dengan sedikit malas. Matanya masih sedikit mengantuk.

Lalu Eva mendongak, "tapi gue gak yakin sih Lo bisa bikin skripsi yang di terima dosen."

"Astagfirullah, solimi Lo ah. Jangan gitu dong, ntar kalau beneran gimana?!" Putri berseru tak terima.

"Bukan urusan gue." Sahut Eva tak peduli.

"Bener bener Lo ya!" Putri berdecak, dia mendengus kesal.

"Guys guys guys guys!"

Mereka berdua lantas menoleh, ke sumber suara yang datang berjalan ke arah mereka.

"Ada apa Lo lari lari?" Tanya Putri sambil minum, teh anget yang dibelinya. Karena masih pagi, tak mungkin jika minum es. Bisa langsung sakit perutnya.

"Sumpah dong gue astaghh! Kesel banget pokoknya." Rizka berujar dengan geram, dia duduk disamping Eva.

"Kenapa Lo?" Tanya Putri.

"Bentar gue minum dulu." Sambil mengatur nafas, Rizka mengambil minuman Eva dan meminum nya.

"Ahh seger."

Eva dan Putri hanya geleng geleng kepala melihat kelakuan Rizka, yang tambah hari tambah tidak ada yang benar.

"Jadi..." Rizka menarik nafasnya, lalu tak lupa juga membuangnya.

"Gue tuh lagi berusaha buat diet kan..tapi Lo tau apa? Setelah seminggu berat badan gue masih sama aja." Rizka berujar kesal sekali.

"Lah Lo diet masih tetep makan mie instan." Eva menyahut dengan geleng geleng kepala.

"Enggak kok." Rizka menggeleng, membantah ucapan Eva.

"Lah terus? Lo kalau diet makan nya apa tuh?" Tanya Putri penasaran.

"Nih ya, gue tuh makan jagung yang di kukus, kacang panjang, wortel, dikukus juga. Sama telur, tapi cuma putih nya aja." Rizka menjelaskan, sambil mengingat ingat.

Putri mendengarnya takjub, "buset, serius Lo?"

Rizka mengangguk tanpa beban. "Ya gue serius dong!"

"Yang Lo makan itu bener putih telur atau ga? Jangan jangan itu kuning telur, tapi ko cat jadi putih lagi." Eva menyahut, karena sepertinya tukang makan seperti Rizka diet.

"Mana bisa! Gue serius, tapi berat badannya masih sama." Rizka membantah lagi ucapan Eva.

"Emang berapa berat badan Lo?" Tanya Putri.

"Enam puluh kilo dong, gila gak sih?!" Rizka menghela nafasnya, lelah sendiri.

Eva menepuk dahinya sendiri," itu gak gendut gendut amat kali, gue juga lima puluh lima kok."

Putri mengangguk menyetujui, "gue juga lima puluh tujuh."

"Tapi tetep aja tau, gue tuh pengen ngurangin berat badan," ujar Rizka.

Eveline [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang