55. masih hidup?

120 2 0
                                        

Happy reading!

*****

7 bulan kemudian....

Waktu terasa berlalu begitu cepat, namun ingatan tentang hari itu masih belum terhapus dalam ingatan seseorang.

Satu hari yang menghancurkan berapa hari lain yang menyenangkan. Terkadang Eveline bingung, mungkin dia hari ini senang, tapi itu berbanding terbalik pada esok hari nya. 

"Sudah siap line?"

Eveline yang sedari tadi berdiri disamping jendela pun menoleh, "oh iya. Udah."

Eva menghela nafasnya, "Lo jangan banyak ngelamun gitu dong. Kan udah gue peringatin, kasihan anak Lo."

Eva menghampiri, mengelus singkat perut Eveline yang sudah membesar. Tujuh bulan sudah terhitung Eveline hamil.

"Iya iya tau, bagaimana barang barangnya? Udah di kemas semua?" Eveline pun bertanya.

Oh iya, Eveline hari ini memutuskan untuk pindah dari rumah Eva. Tak enak menumpang tinggal terus. Selama tinggal dirumah Eva, dia mengesampingkan masalahnya dan fokus mencari uang.

Walau putus kuliah dan belum sempat mendapat gelar sarjana, Eveline tak memendam bakatnya begitu saja. Dia juga menambah pekerjaan lain, pekerjaan paruh waktu untuk mendapatkan pundi pundi rupiah.

Selama ini dia bekerja, hingga akhirnya bisa membeli rumah dari hasil kerja kerasnya. Walau Kerja nya tak begitu maksimal, karena adanya seorang janin dalam perut.

"Udah semua. Tapi Lo bener bener yakin mau tinggal sendiri? Gue cemas lho, sekarang banyak kejahatan."

Eva memang meragukan ini terus, namun Eveline tetap kukuh pada pendirian nya.

Eveline terkekeh ringan, "santai aja. Ini udah keputusan final gue. Gue ga mau ngerepotin kalian lagi, kalian juga kan harus mempersiapkan diri untuk skripsi."

Eva menghela nafasnya berat, ada benarnya juga ucapan Eveline itu.

"Oke lah. Yaudah kita turun yuk, mereka udah menunggu."

Eveline mengangguk, mereka pun segera turun ke bawah. Eveline tersenyum lebar melihat teman teman nya.

"Wihhh bumil kita nih." Rizka memberi komentar ketika Eveline datang.

"Udah makin gede ya perutnya," ujar Nino. Walau bermasalah dengan Gale, Eveline masih berhubungan dengan Nino dan Ali sebagai teman. Mereka bahkan datang untuk membantu berkemas. Ya walaupun barang Eveline gak banyak banyak banget.

Eveline terkekeh, "iya dong. Btw makasih banyak ya kalian mau bantu gue. Gue bener bener makasih."

"Santai, yang penting ada imbalannya." Ali bergurau, namun sebuah sandal langsung bersalaman dengan kepala nya.

"EH LO KALAU NGOMONG YANG BENER DONG!!!" Rizka nampak sewot.

"Becanda doang eleh." Ali menampilkan wajah memelas dengan mengelus kepala nya.

Mereka pun tertawa mendengar Ali mengeluh. The real tertawa di atas penderitaan orang lain, hahahaha.

"Udah udah cukup, mending kita antar Eveline sekarang." Eva menengahi, memberhentikan pertikaian.

Eveline [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang