30. Laporan

100 5 0
                                    

Happy reading!

*****


Gale mendatangi tempat yang bisa menenangkannya untuk saat ini, yaitu sebuah club' malam yang biasa didatanginya.

Baru masuk, Gale sudah disapa oleh teman lama yaitu Arvi.

"Hai Gale," sapa Arvi dengan melambaikan tangannya.

"Duduk sini," suruhnya.

Bukan Arvi yang membuat Gale salah fokus, melainkan perempuan yang tersenyum disamping Arvi.

Mereka terlihat berpacaran dari cara mereka berinteraksi.

Vira, gadis itu yang membuat amarah Gale muncul karena dia terlibat dalam kasus pembunuhan.

Tapi karena masih tak ingin membuat keributan, maka Gale menolak dengan mencari alasan ingin sendiri dulu.

Gale duduk tak jauh dari mereka, sambil.mengawasi gerak geriknya. Gale tak ingin salah paham, tapi siapa tau Arvi juga terlibat di dalam pembunuhan itu.

"Mereka pacaran? Apa Arvi tau tentang apa yang dilakukan Vira?" Gale bertanya pada dirinya sendiri.

Dari interaksi dan pembicaraan mereka yang samar samar terdengar, seperti nya tidak ada yamg bersangkutan dengan kasus pembunuhan itu.

Itu berarti, Vira hanya melakukan hal itu dengan teman temannya. Tapi jika iya, kasihan juga Arvi.

Apa Gale harus tetap melangkah, dan membiarkan Arvi menjadi sadboy? Atau hanya diam saja. Tapi dia tak mungkin diam saja.

Gale masih memantau keduanya sambil menikmati sebotol alkohol yang dijual. Dia tak minum banyak agar tidak mabok, dia harus menyelidiki ini.

******

Pagi ini, Aya menyiapkan nasi goreng untuk suaminya. Karena katanya Reza harus ke kantor pagi pagi sekali, untuk mengurus rumor tentang Eline. Hal itu berdampak besar untuk perusahaan, sahamnya turun hampir 50%.

"Anak itu benar bener merepotkan." Walau sedang makan, Reza tetap saja mendumel tentang Eline.

Aya meletakkan sendoknya, dia menjadi tidak mood untuk makan. Mungkin dia akan melanjutkannya nanti.

"Tapi pah, apa tidak salah jika kita langsung percaya begitu saja? Bisa aja itu cuma akal akalan pelaku sebenernya," ujar Aya.

"Akal akal an bagaimana? Itu jelas jelas sudah di benarkan oleh pihak kampus. Bahkan pihak kampus saja mengeluarkannya," Ujar Reza dengan marah.

"Apapun itu, masalah ini kan belum diselidiki. Apa papa tidak berniat untuk menyelidiki nya?" Tanya Aya berharap.

"Buat apa menyelidiki yang sudah pasti, itu hanya akan membuang buang waktu saja," Kata Reza.

"Itu masih abu abu pah, belum jelas Eline yang membunuhnya atau bukan," koreksi Aya.

Reza yang tersulut emosi pun langsung membanting piringnya ke lantai hingga pecahan kaca dan juga nasi nya tersebar dimana mana.

"Kau ini masih nyolot saja! Bela in terus anak mu itu, padahal sudah jelas jelas dia salah!" hardik Reza dengan menunjuk nunjuk wajah Aya.

"Tap-"

"Alah sudahlah! Aku mau berangkat kerja, seperti nya ini salahmu, karena kau terlalu memanjakannya," ucap Reza sebelum pergi meninggalkan Aya yang mematung.

Eveline [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang