TYA 10

42.8K 3.5K 279
                                    

Thank You, Arta!
Part 10

-
-
-
Happy reading 👐

"Naik."

"Eh enggak usah, kak."

Iya, dia Arta. Pria itu merasa khawatir dengan istrinya, alhasil dia segera menyusul Feerly dengan berjalan kaki.

Arta menegakkan badannya. "Sakit 'kan?"

"Ayo, sayang. Gue enggak tau apa aja yang mau di beli. Jadi, ayo gue gendong."

"Aku berat, kak."

Arta tak menggubris, dia membalikan badannya dan menarik tangan Feerly untuk melingkar di lehernya.

Mereka mulai berjalan. Feerly dapat mencium aroma tubuh Arta, gadis itu tersenyum tipis.

"Berat ya?"

Arta menghadap ke arah wajah cantik itu dan mencium hidung Feerly. "Enggak papa."

"Maaf ya ngerepotin terus, kak."

Arta menurunkan Feerly saat mereka telah sampai di depan mini market, memang tempat itu tak jauh dari apartemennya.

Tangan Arta terulur mengelap keringat dingin yang membasahi sedikit anak rambut Feerly. "Kenapa si? Masih sakit?"

Feerly tersenyum. "Aku emang gini kak kalo lagi datang bulan."

Arta mengangguk, dia menggenggam tangan Feerly dan berjalan masuk.

"Mau beli apa?"

Feerly melepaskan tangannya, dia berjalan menuju rak yang terdapat kiranti
kemudian dia mengambil satu.

"Kok satu?"

Gadis itu tersenyum. "Satu juga cukup, lagian uang aku juga udah hampir abis." Feerly sebenarnya malu, tapi itulah kenyataannya. Dia bukan anak dari orang berada.

"Ambil, gue yang bayar."

Feerly menggeleng. Dia mengambil pembalut berukuran sedang dan satu kiranti ditangannya.

"Aku udah, kakak mau beli apa?"

Arta menarik tangan itu menuju rak berbagai jajanan dan coklat. "Ambil, lo mau yang mana."

Feerly mengambil dua permen susu. "Ini aja."

Arta bingung, harus seperti apa dia memberikan rasa bahagia untuk istrinya. Sedangkan untuk memakai uangnya saja dia selalu menolak, walaupun Feerly mempunyai alasan untuk itu.

"Feer."

"Enggak kak, udah ini aja."

Feerly mengandeng tangan Arta menunju kasir.

"Totalnya tiga puluh tujuh ribu mba."

Feerly memberikan uangnya, awalnya Arta sudah memberikan ATM nya tapi gadis itu menolak.

Mereka menuju pulang. "Gendong lagi?"

"Enggak usah, kak."

Mereka berjalan berdampingan, Feerly membuka plastik belanjaannya, membuka satu permen yang dia beli tadi.

"Kakak mau?"

Arta menerimanya. "Feer?"

"Hemm."

"Katanya uangnya abis 'kan? Pake ATM yang gue kasih aja, enggak papa. Lagian itu bukan uang mamah ini."

Feerly tersenyum. "Enggak usah, aku nanti mau buat kue lagi, nantikan dapet uang. Jadi enggak usah."

"Setiap hari uang belanjaan dari mana? Sedangkan uang ATM enggak pernah berkurang sama sekali."

Thank You, Arta! || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang