TYA 13

37.7K 3.5K 576
                                    


Thank You, Arta!
Part 13
Happy reading 🌻

-
-
-

"Peluk."

Feerly menghela nafasnya, dia kembali duduk dan menaiki tempat tidur.

Arta tersenyum dan memeluk tubuh Feerly. Dia menghapus air mata itu. "Feer?"

"Iya."

"Kalo gue nikah sama Sabrina gimana?"

Gadis itu tersenyum. "Enggak papa, kan emang cintanya ke dia. Tapi, kalo iya. Bilang aja, nanti aku yang bilang ke omah."

"Lo enggak marah?"

Feerly tersenyum tipis dan lagi-lagi menghela nafas beratnya. "Enggak papa, enggak ada yang bisa dipaksa. Nanti biar aku yang pergi. Selagi itu buat kakak bahagia, kenapa enggak."

"Kalo gue pengen lo pergi sekarang gimana?"

Air mata itu terjatuh dan Feerly segera menghapusnya. "Aku lakuin sekarang. Sekarang atau nanti, tetap aku yang akan dibuang. Jadi enggak ada bedanya."

Feerly mengelus rambut itu. "Sekarang kakak tidur, besok aku berangkat lebih pagi ya, nanti aku siapin baju sama sarapannya."

Arta mengangguk dan menutup matanya. Feerly tersenyum samar, air matanya tak kunjung berhenti.

Dia terus mengelus rambut Arta. "Kalo aku tau ini akhirnya, mungkin dari awal, enggak bakal aku berharap lebih."

Hingga pukul hampir dua belas malam, Feerly bangun dan menatap suaminya. Dia berdiri, membenarkan selimut itu dan berjalan menuju lemari. Dia mengambil baju Arta untuk besok pagi dan meletakkannya di atas meja belajar. Kemudian turun, mengambil satu kotak susu dan sereal tak lupa juga dengan gelas, mangkuk dalam satu nampan.

Feerly meletakkan itu di samping seragam sekolah. Feerly menghela nafasnya dan menatap suaminya yang tengah tertidur pulas.

Gadis itu akan pergi sekarang. Hari ini dia paham, bahwa bertahan sampai akhir pun rasanya akan tetap menyakitkan.

Feerly mengambil tas sekolahnya, membuka lemari pakaian. Memasukkan semua baju ke dalam tas itu. Lagi-lagi Feerly menghela nafasnya, mengapa harus dia yang di posisi ini? Di tinggal ibunya sejak kecil yang entah pergi kemana. Saat rela berkorban semua demi kesembuhan sang ayah, pria itu juga pergi meninggalkan untuk selamanya.

Sekarang, dia harus bersama dengan seseorang yang tak mencintainya. Bertahan karena kasian.

Feerly berdiri dan berjalan mendekati suaminya. Mencium kening itu cukup lama. "Aku pamit ya."

"Terimakasih untuk semuanya. Aku harap kakak bahagia selalu. Maaf aku ngerepotin terus."

"Aku pergi, kak."

Sebelum melangkah pergi, Feerly meletakkan tota bag yang berisi sepatu yang beberapa waktu lalu pria itu berikan, kemudian Feerly meletakkan di samping nakas.

Feerly berjalan pergi meninggalkan apartemen itu.

Setelah beberapa saat melewati dinginnya malam. Dia sampai di rumahnya sendiri, rumah peninggalan ayahnya. Mungkin tak pantas untuk di sebut rumah, karena hanya bangunan kecil yang kumu. Tapi, emang inilah asalnya. Seorang gadis cantik yang terlahir dari keluarga miskin.

Feerly membuka pintu itu. "Halo, ayah! Aku pulang."

Gadis itu berjalan masuk, tak ada yang berbeda dengan rumah ini. Tetap sama dan menyimpan banyak kenangan di dalamnya.

"Ayah."

"Dunia curang ya."

"Aku cape, yah. Mau pulang. Jemput aku, ayah," tutur Feerly dengan tertawa kecil.

Thank You, Arta! || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang