TYA 34

37.3K 3.2K 1.3K
                                        

Thank You, Arta!
Part 35
-
-
-
Happy reading!

Pintu Apartemen Arta di buka kasar oleh Papahnya, membuat Arta segera berdiri dan melihat siapa pelakunya. Belum sempat satu kata keluar dari mulutnya, Arta di buat terkejut saat Heru menamparnya kasar.

Arta tersenyum dengan memegang sudut bibirnya yang sobek.

"Enggak usah banyak tanya kamu!" erang Heru saat Arta ingin berbicara.

"Papah bilang apa! Berubah nak, berubah. Kalo enggak bisa jadi kaya adik kamu yang nurut, seenggaknya jangan berbuat ulah!"

"Seperti Sam? El enggak sudi untuk berubah seperti anak papah yang diam-diam bajingan itu!" jawab Arta tak kalah emosi.

Haru menampar wajah Arta lagi. "Seenggaknya dia enggak hamili anak orang! Enggak seperti kamu!"

"Pa--"

"Cukup!"

"Cukup, El. Papah malu, malu, nak. Tanggung jawab, nikahin dia."

Arta semakin dibuat bingung. Apa? Bertanggung jawab untuk apa? Siapa yang dia hamili?

"Ap---"

"Cukup, El!"

"Tanggung jawab, Sabrina hamil anak kamu!" Ucapan itu bukan dari mulut Heru, tapi dari Eran, ibu Arta yang sedari tadi menangis.

Air mata Feerly jatuh mendengar pertengkaran itu, benarkah suaminya menghamili wanita lain? Bukankah Arta mengatakan bahwa Feerly lah wanita pertama yang merasakan miliknya?

Gadis itu tak berani mendekat, dia berdiri di bawah tangga menyaksikan itu semua.

"Sumpah! Demi Tuhan El enggak pernah ngelakuin itu, mah."

"El akui, El nakal, suka mabuk dan sering bikin masalah. Tapi El enggak pernah ngelakuin hal kotor itu."

"Dua minggu lalu emang iya Sabrina hampir menjebak El dengan memberikan obat itu diminuman El. Tapi enggak, El ngelakuin itu sama istri El, Feerly."

"Dino yang bawa El pulang dan El ngelakuin itu sama Feerly, istri aku."

"Please, nak."

"Jujur, dia nangis-nangis tadi pagi dateng ke rumah," ucap Eran yang terdengar sangat pilu.

Feerly masih diam dengan air matanya.

"Sumpah! E--"

Pembelaan itu terpotong ketika Arta didorong oleh Feerly saat Heru melayangkan pukulan pada Arta dengan gelas jus yang berada di atas meja.

Arta terjatuh, dan gelas itu mengenai kepala belakang Feerly. Suara pecahan itu sangat jelas, membuat Eran memejamkan matanya.

Gadis itu terjatuh di samping Arta, Feerly membuka matanya. Memegang kepalanya yang terasa sakit dan mengeluarkan darah.

Arta mendekat, memeluk tubuh itu. "Feer."

"Aku enggak papa, kak."

Arta mendekap erat istrinya. Manik elang itu menatap lurus ke arah pria paru baya tersebut.

Thank You, Arta! || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang