TYA 38

33.4K 3.1K 541
                                        

Thank You, Arta!
Part 38

Happy reading!

Feerly melepaskan pelukannya, kemudian turun dan berjalan menuju tempat belajarnya. Dia membuka laci itu dan mengambil satu map coklat kemudian berjalan mendekati Arta, menaiki tempat tidur.

Feerly menyodorkan map itu. "Katanya kak Arta mau tau, ini. Buka aja."

Dia menerima map itu, membukanya. Terdapat hasil USG yang menunjukkan bahwa bener, ginjal itu hanya ada satu.

Arta menghela nafasnya, meletakkan itu dan mengambil beberapa kertas didalamnya.

"Leukimia stadium," lirih Arta dengan menatap Feerly yang sedari tadi sudah menangis.

Dia meletakkan kertas itu, mengambil kertas selanjutnya. Air mata itu terjatuh, Arta berdiri dan membanting kertasnya membuat berserakan di lantai.

"Kenapa lo enggak bilang!"

"Kenapa lo diam aja, Feer!"

"Nyawa lo taruhannya! Gue bilang berkali-kali, lo boleh nolak semuanya! Boleh! Tapi enggak buat kesehatan lo."

"Gue cinta, gue enggak mau istri gue kenapa-kenapa. Tapi lo gimana!"

Arta menjambak rambutnya dan melempar gelas berisi air yang ada di atas nakas. Suara pecahan itu membuat Feerly memejamkan matanya.

"Aku minta maaf ka--k."

Arta menatap istrinya, meraih rahang bawah wanita itu. Membuat Feerly menatap manik Arta yang penuh dengan amarahnya.

"Lo bilang maaf?"

Dia menghempaskan tangganya. Membuat Feerly langsung memeluk tubuhnya sendiri.
"Bisa-bisanya hal besar lo sembunyiin, Feer."

"Kenapa."

"Gue ngerasa gagal jadi suami lo, gue gagal Feer," lirih Arta yang sudah duduk di lantai karena kakinya tak mampu untuk berdiri.

"Asal lo tau, gue takut. Gue takut lo ninggalin gue, Feer. Gue enggak mau itu. Semuanya boleh pergi, tapi lo enggak boleh."

"Gue enggak mau."

Pria itu menyesal, mengapa dulu saat semua menyembunyikan kebenaran, mengapa dia hanya pasrah dan tak terus mencari tau apa yang sebenarnya disembunyikan.

Hening, hanya suara isak tangis Feerly yang terdengar jelas di kamar ini.

Arta mengangkat kepalanya, menatap istrinya yang tengah ketakutan karena amarahnya tadi.

Dia menghela nafasnya, berdiri dan menaiki tempat tidur. "Sayang."

Feerly mengangkat kepalanya, dan menerima uluran tangan itu. Membuat Arta tersenyum dan langsung memeluknya. Memeluk seolah takut kehilangan.

Arta mencium kening itu berkali-kali. "Sekarang, coba jelasin. Kenapa lo sembunyiin ini?"

Feerly menyandarkan kepalanya pada dada bidang itu. "Tiga hari yang lalu, pas aku ijin buat main ke rumah Fenisa, kak Arta inget?"

Pria itu mengangguk dan terus mengelus rambut itu. "Ak--u bukan mau sembunyiin itu kak, penyakit itu baru kita tau ada di tubuh aku pas aku coba beraniin buat cek semua."

"Awalnya emang iya, cuman ada maag dan rasa sakit itu cuma karena ginjal aku yang mulai enggak stabil. Tapi setelah aku cek ulang berkali-kali, hasilnya tetep sama. Ternyata ada leukemia dibadan aku. Tapi itu masih stadium awal kok, aku masih bisa sembuh."

"Jangan salahin diri kak Arta. Enggak ada yang salah, kak Arta udah berhasil buat aku bahagia. Kasih aku cinta."

Tangan Feerly mengelus pipi suaminya. "Aku minta maaf, enggak ada yang tau soal ini. Itu alasan kenapa minggu-minggu ini aku drop. Maaf ya kak."

Thank You, Arta! || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang