TYA 36

37.8K 2.9K 339
                                    

Thank You, Arta!
Part 36

Happy reading!

Arta menarik tangan itu menuju kamar, dia menyuruh istrinya duduk di tempat tidur. Feerly hanya menuruti, dia duduk dan menyandarkan tubuhnya.

Arta melepaskan sepatunya kemudian ikut menaiki tempat tidur, pria itu mengelus dan mencium perut istrinya.

"Dedenya ada berapa?"

Feerly meraih tangan itu, menyuruh Arta untuk duduk di sampingnya. Pria itu menuruti, ikut bersandar dan terus memegang perut itu.

Demi apapun, Arta sangat bahagia mendengar kabar ini. Setelah kejadian itu dan setelah Feerly mengetahui semuanya, pria itu paham bahwa gadis ini yang selalu ada untuknya, yang setia dan mencintainya dengan tulus.

"Nanti aku kasih tau tepat di hari ulang tahun kakak," bisik Feerly membuat Arta menatapnya dan mencium pipi itu.

"Feer?"

"Iya, kak."

"Gu-- eh. Aku janji bakalan cari guru buat kamu dan setelah melahirkan nanti kamu boleh sekolah lagi."

Wanita itu menggeleng. "Enggak usah, hidup aku sekarang buat suami dan anak aku nanti. Kalo pun kakak emang malu punya istri orang kurang berada dan malah enggak lanjut sekolah, enggak papa. Aku terima kalo kakak mau pergi, kan emang itu kenyataannya."

Arta memegang pipi itu. "Enggak sayang. Aku enggak perduli itu, yang terpenting aku bahagia."

"Jangan pergi ya?"

Feerly hanya tersenyum tipis. "Kakak mau cerita apa?"

Lagi-lagi Arta tersenyum, dia tetep menggenggam tangan Feerly dengan masih bersandar pada istrinya.

"Aku udah putus sama dia dan aku udah dapetin semua bukti, bahwa Sabrina itu hamil anak Samudra, bukan anak Samuel."

"Masa si? Bohong ya?"

"Kenapa? Enggak percaya?"

Gadis itu tersenyum mengangguk. "Aku percaya."

"Kak."

"Kak Arta tau kan, aku orang miskin?" Pria itu mengangguk.

"Kak, aku janji buat pertahankan anak kita, walaupun nyawa aku taruhannya. Jadi, nanti jaga mereka baik-baik ya?"

"Kenapa, Feer?" Tanya Arta dengan nada yang begitu cemas dan menatap lekat wajah istrinya tersebut.

Gadis itu tersenyum dan mengelus pipi Arta dengan ibu jarinya. "Aku enggak papa kok. Jangan cemas gini, aku enggak mau kak Arta sedih karena aku."

Arta meraih tangan itu dan menciumnya berkali-kali.

Entah, perasaannya menjadi tak karuan saat Feerly mengatakan itu. Hatinya sakit, pikiran menjadi tak tenang.

"Cerita, istri aku sakit apa?"

Feerly menghela nafasnya, melontarkan senyum manisnya dengan di iringi air mata yang mulai membasahi pipi mulusnya.

Pria itu langsung membenarkan posisi duduknya, menghapus air mata tersebut kemudian menggenggam kedua tangan itu erat. "Kenapa? Cerita sayang."

"Kak, enggak tau kakak percaya atau enggak."

"Mau kakak hina aku ataupun apa itu terserah kakak. Aku cuman mau ngasih tau. Kan ada dede di perut aku, tapi karena aku cuman punya satu ginjal itu beresiko buat kandungan aku."

Thank You, Arta! || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang