TYA 17

38.8K 3.5K 497
                                    

Thank You, Arta!
Part 17

Happy reading🤸
-.
-

Pukul sembilan malam. Di depan rumah Feerly, di bawah sinar rembulan yang terang. Arta tengah menatap bangunan kecil milik istrinya.

Sudah lebih dari satu minggu Feerly tak pulang dan tanpa bosan Arta terus menerus mendatangi rumah tersebut. Arta tau bahwa gadis itu tak akan pergi jika bukan rumahnya. Tapi ternyata Arta salah, berkali-kali datang. Tapi tetap saja, rumah itu kosong dan gelap. Arta menghela nafasnya. Tak bisa di pungkiri bahwa pria tampan ini sangat rindu pada istrinya.

Arta menjalankan motornya, berjalan pergi dari situ. Dia sudah ke rumah temannya, Dino. Tapi nihil.

Hatinya menggerutu, mulutnya tak berkata tapi diri dan raga itu sangat membutuhkan sosok Feerly yang sangat mencintainya.

Tujuannya sekarang pergi ke Weeerz Club. Tak bisa dibohongi, bahwa Arta selalu berdoa semoga apa yang dikata Dino hanyalah omong kosong belaka. Dia tak siap jika itu ternyata benar. Hidupnya akan hancur sekarang, dikhianati gadis yang dia cinta dan tinggal pergi oleh gadis yang setia.

Setelah menempuh perjalanan cukup jauh. Arta memarkirkan motornya di depan club, dia memakai kumpluk hoodienya dan berjalan masuk.

Sebenarnya, selama satu minggu terakhir. Arta dan Sabrina masih layaknya sepasang kekasih, selalu bersama dan full time setiap saat. Walaupun, dalam hati kecil Arta, dia ragu pada kekasihnya.

Arta masuk, club itu ramai, banyak sekali wanita yang berpakaian minim sedang menggoda pria-pria di sana.

Arta duduk di depan meja bundar dan memesan satu gelas wine. Mata itu sedang mencari keberadaan gadis yang dia cari dengan sesekali meneguk minumannya.

Banyak sekali wanita yang menghampiri Arta, mencoba merayu. Tapi pria tampan itu hanya diam dan selalu menolak.

"Seperti apa yang sebenarnya lo cari?"

Arta menengok, menatap pria yang duduk di sampingnya. Itu Gara, pemilik club ini.

Arta tersenyum tipis dan mengangkat bahunya. "Banyak sekali wanita yang menghampiri, tapi kenapa lo selalu nolak?"

"Bukan itu yang gue mau," jawab Arta.

"Lalu?"

Arta meletakkan gelasnya. "Gue cari cewe. Sabrina, apa ada cewe yang namanya Sabrina?"

Gara tertawa kecil membuat Arta bingung. "Selera lo oke juga. Berani berapa lo mau nyewa dia?"

Seketika perkataan Dino terngiang-ngiang di kepalanya. "Gue berani bayar lima kali lipat."

"Tapi apa boleh gue liat fotonya?"

Gara merogoh saku celananya, mengambil ponselnya dan mencari foto yang pemuda itu inginkan.

"Cewe ini idaman di sini, selain cantik dia juga pasti bisa puasin lo. Gue jamin."

Tangan Arta menggenggam erat. Dia mencoba menepis pikiran tentang Sabrina, dia selalu berharap semoga Sabrina ini bukanlah Sabrina kekasihnya.

Gara menunjukkan fotonya, itu foto  yang sempat dikirim Dino digrup waktu itu.

Rahang Arta mengeras, mata itu memanas.

"Ini, cantik plus jago. Gue pernah, ah bukan pernah sering malah," tutur Gara dengan tertawa.

"Gimana? Kalo iya gue panggilin."

Thank You, Arta! || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang