TYA 32

38.1K 3.2K 906
                                        

Thank You, Arta!
Part 32

Happy reading all!


Sudah tiga hari Feerly dirawat, semua tau apa yang terjadi. Gavin sangat marah pada Arta, dia ingin menemui pria itu, tapi Dino melarangnya.

Dino mendekati sahabatnya yang masih menutup matanya tapi dengan terus mengigau.

"Maaf kak."

"Maafin aku."

"Aku enggak selingkuh."

Dino menatap gadis itu kasian, sudah hampir setiap Feerly tertidur pasti mengigau seperti ini.

Dino mengambil ponselnya, merekam Feerly yang masih tertidur tanpa menghentikan ucapannya. Setelah itu, Dino mengirimkan videonya pada Arta. Bagaimana pun, Feerly sangat mencintai suaminya, tak ada yang bisa melarang atau bahkan memisahkan mereka.

"Din?"

Dino menatap dokter Farhan yang baru masuk.

"Kenapa?"

"Ah enggak, Dok, kasian aja Feerly selalu bilang gitu kalo tidur. Mana enggak mau makan sama minum obatnya."

Farhan mengerti, pria itu tau apa yang terjadi. Dan dia merasa bersalah karena dialah yang Feerly peluk dan menyebabkan ini terjadi.

"Saat jam makan siang, saya akan menemui suaminya. Menjelas apa yang terjadi, bagaimanapun Feerly sangat mencintainya."

Dino tersenyum. "Makasih ya, Dok."

Farhan mengangguk. "Jika dia bangun nanti, usahakan buat dia mau makan ya."

Pria tampan itu mengangguk. "Saya permisi dulu."

"Silahkan."

Pukul sebelas siang, Farhan sampai di SMA Garuda muda. Pria itu tengah mengikuti langkah guru yang tengah mengajaknya untuk menuju ke kelas Arta.

"Misi, Bu."

Guru yang tengah menerangkan materi menghentikan gerakannya. "Iya, pak?"

Kepala sekolah itu masuk. "Saya ada perlu dengan Artalyta Venustya."

Mendengar namanya dipanggil, Arta yang awalnya sedang memutar video yang Dino kirimkan langsung menghadap ke depan.

"Arta silahkan ikut pak Burhan."

"Ayo, nak. Ada yang ingin bertemu dengan kamu."

Andra dan Juna menatap temannya itu. "Siapa?" Tanya mereka secara bersamaan.

Arta mengangkat bahunya dan mengambil ponselnya kemudian berjalan keluar.

"Terima kasih, Bu."

Guru itu mengangguk dan Arta mengikuti langkah kepala sekolahnya.

Pak Burhan menghentikan langkahnya saat Farhat berada di depannya. "Ini, Ar. Dia ingin bertemu dengan kamu."

Arta menatap dokter itu, seperti tau tapi dia lupa siapa pria yang berada di depannya ini.

Farhan tersenyum. "Terima kasih, pak."

"Iya, saya permisi dulu."

Keduanya mengangguk dan guru itu berjalan pergi.

"Bisa saya berbicara dengan kamu?"

Arta mengangguk dan mengikuti langkah Farhan yang menuju kursi yang berada di depan ruang OSIS.

Farhan tersenyum. "Inget dengan saya?"

"Gue kaya pernah ketemu, tapi lupa."

"Ada apa ya?"

Thank You, Arta! || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang