TYA 52

26.6K 2.4K 345
                                        

Thank You, Arta!
Part 52

Happy reading 💘

༼⁠ ⁠つ⁠ ⁠◕⁠‿⁠◕⁠ ⁠༽⁠つ


Saat Arta ingin berjalan, tiba-tiba tubuh itu terjatuh dan Feerly langsung menahannya dengan tubuhnya.

"Din!"

"Dino, sini buruan!"

Selang beberapa detik, Dino datang menemui Feerly yang sudah berhasil menidurkan Arta di atas tempat tidur.

"Kenapa? Kenapa?"

"El, bawa El tidur sama kamu dulu ya," ujar Feerly dengan melepaskan sepatu Arta.

Dino menatap Arta dan Giandra, anak itu sudah tertidur pulas namun Arta seperti setengah sadar, terdiam dengan tatapan kosongnya.

Dino mengangguk, mengambil Giandra dan menggendongnya.

"Arta mabuk?"

Feerly mengangguk cepat dengan berjalan cepat menuju lemari pakaian.

"Kasih minum yang banyak terus suruh tidur, dan lo jangan nanya apa-apa. Soalnya pasti emosinya lagi enggak stabil."

Lagi-lagi Feerly mengangguk cepat dan meletakkan sepasang piayama suaminya. "Aku titip dede ya, soalnya aku takut kalo dede di sini."

Dino melihat pria kecil yang masih tertidur pulas digendongannya. "Yaudah, gue bawa ke kamar."

Pagi pun tiba, setelah menemani Arta untuk tidur kembali karena kondisinya belum cukup sehat. Feerly berjalan turun karena Dino bilang ada seseorang yang menunggunya.

Feerly menatap mereka yang sudah ada di ruang tamu. Itu Samudra dan Zea. Feerly tersenyum saat melihat Giandra berada di pangkuan adik iparnya dengan menonton sesuatu di ponsel Sam.

"Maaf ya lama."

Samudra menatap istrinya kakaknya itu. "Santai aja, Feer."

"Yaudah, aku ambilin minum dul--"

"Enggak usah, nih udah gue bawain," cela Dino dengan meletakkan dua gelas sirup dan satu susu kotak.

"Oh iya, gue kesini selain mau ketemu anaknya bang El, Zea juga mau ngomong sama lo katanya."

Mendengar ucapan itu, Feerly menatap gadis cantik di depannya. Wanita ini tersenyum mengangguk. "Boleh."

Dino menatap orang-orang yang berada di sana secara bergantian. Pria itu paham atas datangnya kedua orang ini.

"Yaudah, yuk Sam kita ke ruangan maen Giandra aja. Biar mereka bisa bicara dari hati ke hati."

Samudra mengangguk setuju dan langsung menggendong ponakannya tersebut.

"Gue tinggal dulu," ucap Samudra dengan menepuk pundak Zea pelan dan gadis itu mengangguk.

Tinggal mereka berdua di sini. Dua orang yang sedang berjuang untuk mendapatkan orang yang sama. Dua gadis yang sedang mencari jalan apakah harus berhenti atau terus melanjutkan.

"Mau ngomongin soal pernikahan kalian ya?"

Lagi-lagi Feerly menunjukkan senyum manisnya, walaupun pada kenyataannya dia dengan menahan sesak dalam dadanya.

"Enggak usah takut, Za. Aku bakal pergi kok, enggak usah khawatir. Sebelum pernikahan itu terlaksana aku sama dede bakal lebih dulu pergi."

Zealina menatap wanita di depannya, memperhatikan setiap inci wajah dan bentuk tubuh itu. Yahh, Zea akui Feerlycia wanita yang sempurna, cantik dan juga sudah berhasil memberikan keturunan untuk Artalyta.

Thank You, Arta! || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang