TYA 14

37.7K 3.5K 519
                                    

Thank You, Arta!
Part 14

Happy reading 🌻
-
-
-
-

Wanita paru baya itu tersenyum. "Keningnya kenapa, Feer?"

Lagi-lagi Feerly hanya tersenyum. "Jatuh tadi."

Ibu Neeti menatap lekat gadis di depannya. "Feerly, kamu tau 'kan. Bahwa bulan depan kita ujian semester?" Gadis itu mengangguk.

"Dan syarat untuk mengikuti ujian tersebut adalah segala tunggakan harus di selesaikan. Kamu paham 'kan maksud ibu?"

"Iya, Bu."

Guru itu membuka buku keuangannya. "Di sini kamu sudah menunggak empat bulan dan tiga juta lagi untuk uang bangunan. Ibu beri waktu sampai tiga hari sebelum ujian ya, nak."

Raut wajah gelisah itu terlihat jelas di wajah cantik Feerly. "Tenang, masih ada waktu satu bulan kurang."

Feerly hanya tersenyum mengangguk. "Iya, Bu. Saya permisi dulu."

Bu Neeti mengangguk dan Feerly berjalan keluar. Dia menuju kelas dengan langkah pelannya, gadis itu bingung harus berkerja apa lagi untuk membayar itu semua.

"Lima juta lebih, dapet dari mana ya."

Feerly menghela nafasnya. Dia berjalan memasuki kelas dan mengikuti pembelajaran.

Beberapa jam berlalu. Bel pulang berbunyi, dengan cepat semua bergegas menuju rumah masing-masing. Namun tidak dengan gadis itu, dia sangat bingung. Fokus belajarnya terganggu karena memikirkan bagaimana mendapatkan uang.

"Feerly?"

"Kenapa? Dari tadi Isa perhatiin kamu banyak bengong."

Gadis itu menggeleng. "Enggak papa kok. Besok dan untuk beberapa hari ke depan aku izin ya."

"Izin kenapa?"

"Feerly mau cari kerja dulu, buat bayar sekolah. Tunggakan aku udah banyak."

"Terus sekolah kamu? Bentar lagi 'kan ujian."

Feerly mengangguk. "Nanti aku liat catatan kamu ya, nanti kalo ada waktu aku ke rumah. Kita belajar bareng."

"Isa bilang ke papah ya? Biar bayarin biaya sekolah kamu."

Feerly menggeleng dengan menghapus air matanya. Entah sejak kapan air mata itu terjatuh dari pelupuk matanya. "Enggak usah. Kamu cukup bantu aku biar aku enggak tertinggal pelajaran. Oke?"

"Tapi kalo kamu enggak berhasil dapetin uang itu gimana, Feer?"

Gadis itu tersenyum. "Berarti cukup sampai sini aja aku sekolah di sini. Yaudah aku pulang dulu ya. Dadah!"

Setelah mengatakan itu, Feerly mencium pipi temannya dan berlalu pergi.

Gadis itu segera pulang, tapi dia tak menuju ke rumah. Melainkan pergi ke pemakaman ayahnya.

Pemakaman itu tak searah dengan arah rumahnya, Feerly harus berbolak-balik agar sampai di sana.

Setelah berjalan cukup lama, gadis itu sampai dan duduk di depan gundukan tanah itu.

"Ayah."

"Kalo nanti aku enggak bisa penuhi keinginan ayah buat aku sarjana."

"Maaf ya, Yah. Berarti aku gagal."

"Aku udah berjuang, untuk dapetin uang buat biaya aku sekolah. Tapi aku bingung harus gimana. Tapi aku janji, Yah."

"Aku bakalan berjuang lebih keras lagi."

Thank You, Arta! || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang