TYA 26

35.9K 3K 204
                                        

Thank You, Arta!
Part 26

Happy reading ❤️
-
-
-
-

Fenisa menatap orang-orang yang berada di depannya. "Kak Sabrina, dia bully Feerly kak!"

"Ayo buruan!"

Mendengar itu, semuanya langsung berdiri, terutama Arta. Pria itu langsung berlari, walaupun tak tau jelas mereka berada di mana. Tapi dia yakin, bahwa mereka berada tak jauh dari kelas Feerly.

Setelah berlari secepat mungkin, Arta berhenti. Ternyata benar, itu mereka yang tengah menjadi pusat perhatian.

"Lo itu penggoda!"

"Gue tanya sama lo! Lo kasih apa sampe Arta mau sama lo!"

Feerly hanya terdiam, dia merasa darah itu keluar dari hidungnya membuat kepalanya terasa pusing.

"Jalan--"

Arta menahan tangan Sabrina saat dia ingin memukul Feerly membuat ucapan itu berhenti.

Arta menghempas tangan Sabrina kasar. "Dia bukan jalang!"

"Jaga mulut lo itu!"

Sabrina tersenyum. "Udah cinta kamu sama dia? Sampe udah berani bentak aku gini!"

Arta menatap gadis yang masih menjadi kekasihnya dengan tersenyum devil "Iya! Gue cinta sama dia!"

"Puas lo!"

Arta mendekat berbisik pada telinga kekasihnya,  "Jalang kok teriak jalang."

Raut wajah Sabrina berubah saat mendengar ucapan itu, tapi Arta tak memperdulikannya, dia menghadap ke arah Feerly. Gadis itu mencoba berdiri dengan meraba dinding untuk membantunya berdiri dengan sempurna karena tubuhnya yang terasa lemas.

Saat Arta ingin meraih tangannya, Feerly mundur dan menggeleng. "Aku enggak papa kok."

Setelah mengatakan itu, gadis berlari dengan sisa tenaganya. Tak pernah ada didalam pikirannya, jika lagi dan lagi hal seperti ini terjadi. Ternyata cobaan datang bertubi-tubi. Menghantam keras seolah tak mempunyai cela untuk tersenyum kembali.

Gadis itu terjatuh karena kakinya terasa lemas, dia menunduk menangis. "Enggak, yah."

"Aku bukan jalang, aku bukan wanita penggoda."

"Ayah."

Di depan kelas sepuluh, Arta menatap tajam kekasihnya. "Sampe istri gue kenapa-kenapa, nyawa lo gantinya!"

Setelah itu Arta berlari mencari istrinya. Pria itu menemukannya, gadis itu tengah duduk ditanah dengan memukul-mukul kakinya sendiri.

"Feer!"

Feerly membalikkan badannya, melihat Arta tengah lari mendekati. Gadis itu langsung berdiri, tapi saat ingin berjalan Arta telah memegang tangannya.

"Lepas kak!"

"Enggak!"

"Dengerin dul--"

Feerly membalikkan badannya. "Terserah, itu hak kakak. Aku ikhlas, biar aku yang pergi."

"Aku cape kak."

"Iya, aku miskin, aku cupu. Tapi sumpah, aku bukan jalang. Ak--- Ahhh! Terserah! Terserah mereka bilang apa!"

Feerly melepaskan tangan Arta dan menghapus air matanya kasar. "Aku cape harus selalu bilang, selalu yakini bahwa ada cinta dihati kakak buat aku. Walaupun sedikit."

"Aku coba yakini itu, tapi nyatanya aku yang terlalu berharap, aku yang enggak tau diri."

"Aku cape kak."

Thank You, Arta! || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang