Thank You, Arta!
Part 47HAPPY READING!:)
༼ つ ◕‿◕ ༽つ
Feerly tersenyum dengan membersihkan mulut Giandra yang terdapat sedikit bubur yang berantakan. "Papahnya sibuk sayang, sekarang sama mamah dulu ya."
Pria kecil itu mengangguk. "Api anti eli okat ama es krim ya mah."
Lagi-lagi Feerly tersenyum dan mengangguk. "Iya, sayang. Nanti mamah beliin yang banyak. Sekarang abisin makannya terus kita cek suhu tubuh dede ya."
Andra tersenyum melihat mereka berdua. Dia menatap Feerly yang sibuk dengan menyuapi anaknya. Tubuh itu sangat pucat dan terlihat sedikit bergemetar saat Feerly menyuapi Giandra.
"Lo udah makan, Feer?"
Wanita itu menggeleng pelan. "Belum sempat kak."
"Gue cariin makan dulu bentar."
Saat melihat Andra yang ingin beranjak pergi, Feerly menahannya dengan memegang pergelangan tangan pria itu. Membuat Andra dapat merasakan panas suhu badan Feerly.
"Sorry," ucap Andra dengan menyentuh kening itu sebentar.
Lagi-lagi Feerly tersenyum. "Aku enggak papa kok. Makasih ya kak. Silahkan kalo kakak mau melanjutkan perjalanannya."
"Gue cari Arta ya, lo pasti cape banget."
"Enggak usah, kalo emang kak Arta maupun pasti ke sini. Aku udah kabarin dia dari semalam, tapi mungkin dianya yang sibuk, jadi belum sempat liat pesan aku."
Dengan ragu Andra mengelus rambut itu pelan. "Yaudah bentar, gue cari makan dul--"
Tiba-tiba seseorang masuk dan memberikan pukulan pada wajah Andra.
"Ini! Ini yang lo lakuin di belakang gue, Feer?"
Iya itu Arta, pria itu tau Feerly di sini karena Sabrina datang ke kantornya karena di suruh Dino untuk memberikan kabar itu.
Arta memegang kera kemeja Andra dan siap untuk memukulnya lagi, tapi dengan cepat Feerly mencoba melepaskan tangan Arta, membuat wanita itu yang terkena pukulan keras tepat mengenai rahang bawahnya.
Feerly terjatuh, membuat Arta dan Andra segera menolongnya.
"Jangan sentuh milik gue anjing!"
Andra langsung berdiri dan mengurungkan niatnya untuk membantu Feerly. Wanita itu menolak uluran tangan suaminya dan berdiri dengan memegang pipinya yang terasa nyeri.
"Aku enggak papa kok."
Feerly menghadap ke arah Andra dan tersenyum. "Makasih ya kak, tapi maaf banget buat sekarang tinggalin aku sendiri ya."
Wanita itu menghela nafasnya dan menghadap ke arah suaminya. "Aku juga minta maaf kalo aku gangguin kak Arta terus, maaf ya."
"Buat sekarang, mau kak Arta marah ataupun bertanggapan apapun tentang aku sama temen kakak, terserah. Terserah kakak aja, aku cape. Tolong tinggalin aku sendiri dulu ya."
Setelah mengatakan itu, Feerly berjalan menuju brankar, duduk di kursi tersebut dan membawa Giandra agar duduk di pangkuannya, anak itu sedikit terkejut dan takut saat melihat pertengkaran tersebut.
Andra menarik Arta untuk keluar. Setelah berada di luar ruangan, Andra menepuk pundak temannya itu.
"Please jangan mikir yang enggak enggak, gue cuma bantu istri lo. Kasian, Ar. Dia harus nunggu anaknya yang lagi sakit sendirian, ambil obat bahkan sampe hujan-hujanan."
"Coba lo cek hp lo, udah berapa kali Feerly ngasih tau tentang keadaan anaknya."
Mendengar itu, Arta langsung menyalakan datanya dan masuk ke room chat Feerly.
FEERLYCIA
Kak, dede demam dia nangis terus. Kak Arta ada waktu enggak? Tolong anterin aku ke rumah sakit
Kak, dede udah di tangani, dan kata Dokter harus di rawat. Kalo nanti kak Arta enggak sibuk, ke sini ya. Soalnya aku enggak ada yang bantuin jagain dede.
Kak, Masih sibuk ya?
Setelah membaca pesan tersebut, Arta langsung masuk ke ruangan anaknya.
Dia melihat Feerly yang tengah menangis dengan menggenggam tangan kecil itu. Bodoh! Mengapa Arta bisa seceroboh ini. Mengapa saat istrinya butuh waktu dan bantuannya dia seolah menghilang tanpa kabar.
Melihat Arta berjalan mendekat, Feerly segera menghapus air matanya dan tersenyum dengan terus menepuk punggung belakang anaknya yang hampir tertidur.
"Aku minta maaf, dar---"
"Enggak papa kak, Zea juga penting, dia lebih butuh waktu kamu dibanding El. Maaf ya aku gangguin terus."
Arta terdiam, dari Feerly tau dari mana bahwa dia sempat menemani Zea yang sedang di rawat.
"Enggak gitu sayang. Iya aku salah."
Feerly melepaskan tangan Arta yang memegang pergelangannya. "Enggak papa kak. Sekarang El udah mendingan kok dan mungkin besok juga udah boleh pulang."
"Udah kak Arta temenin calonnya aja, El ada aku kok. Enggak usah khawatir. Jujur si awalnya sedih banget, pas El gini kamu enggak bisa di sampingnya. Tapi setelah aku inget-inget, bertahun-tahun aku hidup berdua dan aku mikir, kenapa harus sedih. Sebelumnya juga cuma aku yang El punya."
Arta menarik tangan itu dan pria itu langsung memeluknya. Jujur, sebenarnya dari awal Feerly mengharapkan kehadiran pria ini. Tapi semuanya hanya halusinasinya saja.
Arta melepaskan pelukannya, memegang leher dan pipi itu secara bergantian. "Kamu demam banget, Feer."
Lagi-lagi Feerly tersenyum. "Enggak papa, cuman dari semalam aku belum sempat makan."
Tiba-tiba ponsel Arta berbunyi, membuat dia melepaskan genggamannya dan mengangkat panggilan tersebut.
Kamu ke mana aja si Zea sakit bukannya nemenin!
Sekarang ke ruangan,
Zea butuh kamu di sini.Sebenarnya ini alasan Arta tak bisa dihubungi. Dia sengaja mematikan ponselnya agar tak terus dihubungi mamahnya yang menyuruh Arta untuk menemani Zea yang tengah kecapean. Dan setelah itu, Arta memilih lebur di kantor dengan menyelesaikan pekerjaannya.
Belum sempat pria itu menjawab, Eran sudah memutuskan panggilan tersebut.
Feerly tersenyum dan mengangguk. "Enggak papa, Zea lebih butuh kamu. Aku lihat kamu baik-baik aja juga itu udah lebih dari cukup."
Tangan Arta terulur mengelus pipi Feerly. "Maaf ya."
Feerly mengangguk dengan ikut memegang tangan Arta yang berada di pipinya. "Jangan telat makan ya, kalo ada apa-apa kabarin aku."
"Iya sayang. Nanti aku usahain ke sini lagi ya."
Feerly hanya tersenyum tipis. "Iya udah sana."
Pria itu mendekat, mencium kening dan bibir itu .
"Kamu baik-baik." Feerly hanya mengangguk dan melepaskan tangannya saat Arta berjalan keluar.
Hatinya sakit, ternyata pria itu masih seperti dulu. Yang selalu menomor duakan istrinya sendiri.
-
-
-
-
TBC!300komen yaa

KAMU SEDANG MEMBACA
Thank You, Arta! || END
Teen FictionIni tentang mereka. Artalyta Venustya dan Feerlycia Angelita, dua remaja yang harus bersatu hanya karena sebuah kejadian. Feerly yang harus sabar dan selalu setia dengan pria tersebut. Selain Arta memiliki seorang kekasih yang selalu di utamakan, p...