TYA 58

68.1K 2.6K 398
                                    

Thank You, Arta!
Part 57

Happy reading!

༼⁠ ⁠つ⁠ ⁠◕⁠‿⁠◕⁠ ⁠༽⁠つ

"Enggak! Enggak mungkin!"

Firda yang melihat anaknya yang tertidur tapi terus menggeleng dengan terus mengigau, dia membenarkan posisi Giandra dan berjalan mendekati anaknya yang tertidur disofa panjang tepat di depan brankar Feerly.

"Din? Kenapa?" Tanya Firda dengan menepuk pipi itu pelan.

Dino terbangun dan langsung duduk. Nafasnya tersengal dan menatap sekeliling.

"Kamu mimpi apa?"

Pria itu menatap Feerly yang masih tertidur dan sedikit lega, ternyata itu cuman mimpi.

Benar, itu hanya mimpi. Setelah Andra berpamitan pergi, Dino tertidur dengan posisi duduk di sofa. Dia tak menyangka bahwa akan mendapatkan mimpi yang sangat dia takutkan, dia tak mau Feerly pergi sebelum semuanya selesai.

"Kenapa?" Tanya Firda lagi yang melihat anaknya melamun.

Dino menggeleng. "Enggak papa, mah."

"Arta," gumam Dino yang lagi-lagi membuat ibunya bingung.

Dino segera meraih ponselnya, saat ingin menelpon Arta bersamaan dengan pria itu yang membuka pintu.

"Lo enggak papa?" Lontar Dino membuat Arta menatap dirinya sendiri.

"Gue? Gue baik-baik aja."

"Tadi gu--"

"Kak." Penjelasan Dino terhenti saat mendengar suara Feerly yang membuat mereka menatap ke sumber suara.

Arta mendekat, meraih tangan itu dan meletakkan belanjaan.

"Aku di sini, kenapa?"

Feerly menggenggam tangan itu erat. "Kenapa sayang?"

"Aku takut kak."

Arta tersenyum dan mengelus rambut itu. "Jangan takut, aku di sini."

Suara tangisan Giandra yang terbangun dari tidurnya membuat Arta langsung melepaskan genggaman tangannya. "Aku mau gendong dede dulu ya."

Feerly mengangguk, Arta berdiri dan menggendong anaknya. "Kenapa sayang?"

Giandra memeluk leher papahnya dan menyandarkan kepalanya. Anak itu hanya terbangun dan segera sudah menutup matanya lagi.

"Kak?"

Feerly duduk dengan bantuan Dino. "Kenapa?"

"Dede mana?"

Arta meraih tangan Feerly agar memegang tubuh Giandra yang berada digendongannya. "Ini dedenya."

Feerly tersenyum, ingin sekali dia melihat anaknya ini.

"Sini El nya, lo perhatiin Feerly aja. Bentar lagi dia operasi."

Arta memberikan Giandra pada temannya. Setelah sudah, dia duduk dikursi tepat didepan Feerly dan mengambil satu buah naga.

"Kamu mau buah naga kan? Ini aku beliin, sekarang makan aku suapin ya."

Feerly mengangguk dan Arta menyuapkan.

Pukul sebelas malam, Feerly sedang menjalani operasi. Bahkan sudah hampir satu jam.

Semuanya berdoa, dan saling menguatkan. Arta duduk dengan Giandra yang berada di pangkuannya.

Terlihat lampu merah itu menyala dan suara monitor itu terdengar hingga keluar. Semuanya saling bertatapan dan berdiri.

"Enggak, Feerly baik-baik aja," tutur Dino yang mengerti dengan pikiran mereka semua.

Thank You, Arta! || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang