TYA 18

40K 3.5K 680
                                        

Thank You, Arta!
Part 18

Happy reading🦊
'
'
'
Pagi ini, Feerly sedang menata makanan dimeja makan untuk mereka sarapan. Iya, dari Feerly pulang dari rumah sakit, gadis itu menurut dengan Dino. Setuju untuk tinggal bersama di rumah megah milik mamah sahabatnya.

"Morning mah."

Firda tersenyum. "Pagi sayang," jawab Firda dengan duduk di kursi meja makan.

"Dino mana, ma--"

Ucapan Feerly berhenti saat pria itu tiba-tiba datang dan mencubit kedua pipi Feerly dari belakang.

"Kangen ya."

"Isss! Lepas, sakit tau!"

Pria itu hanya tertawa dan duduk di samping Firda. "Hari ini gue anter ya," ucap Dino dan Feerly mengangguk.

"Inget, nanti jam dua belas siang mamah tunggu di mall y--"

"Din! Ihhh itu kan punya Feerly!" gerutu Feerly saat Dino mengambil gelas susu coklat  dan meminumnya.

Pria itu memegang gelas yang sudah kosong. "Yah, lo enggak bilang si. Udah masuk ke dalam perut."

Gadis itu memasang wajah cemberutnya. "Tau ah!"

Firda tersenyum melihat tingkah keduanya. "Jangan gitu, Din. Nanti pas kamu ngelamar Feerly nolak karena sikap kamu yang jail dan nyebelin."

Feerly menghentikan gerakannya. "Ngelamar?"

Firda mengangguk. "Anak mamah itu suka sama kamu sejak dulu, tap---"

"Mah!"

Mendengar itu, Feerly menatap Firda dan Dino secara bergantian. Sebenarnya, Firda mengetahui jika gadis itu sudah menikah dan Dino menerimanya dengan lapang dada. Firda mengatakan itu  karena Dino tak berani mengungkapkan perasaan dari awal sampai sekarang.

Firda tertawa melihat raut wajah Dino yang marah. "Dari pada enggak diungkapin, tapi tenang, Feer. Anak mamah udah iklhas dan rela kamu nikah sama yang lain. Tapi mamah mohon ya, setelah ini kalian jangan malah menjauh."

"Dino juga udah terima semuanya, dia masih sayang sama kamu. Tapi sayang sebagai adiknya. Kamu tau kan, anak mamah seperti apa."

Keduanya hanya terdiam. Firda meneguk air putih dan mengambil tasnya. "Mamah berangkat ya, kalian baik-baik."

Keduanya mengangguk dan menyalimi tangan Firda. Feerly duduk kembali dan menarik tangan Dino yang ingin beranjak pergi.

"Sarapan dulu."

Dino menghela nafasnya, dia menatap tangan yang melingkar dipergelangannya dan menatap wajah cantik Feerly yang tengah tersenyum.

Pria itu mengalah dan duduk kembali. Dino malu, rasa yang dia simpan dari empat tahun lalu ternyata terbongkar sekarang karena pengakuan dari mamahnya. Iya, Dino Wirgantara adalah sosok pria yang apapun akan bercerita pada mamahnya. Tanpa terkecuali.

Feerly mengambilkan nasi goreng  dan memberikannya pada Dino. "Pake ayam?" Pria itu menggeleng.

"Yaudah dimakan ya."

Hening, itulah suasana meja makan sekarang. Tak ada percakapan antara mereka. Terasa ada jarak.

"Yang mamah bilang bener?"

Dino meletakkan sendok nya, melihat ke arah Feerly yang tengah menatapnya. "Enggak ada persahabatan yang murni antara laki-laki dan perempuan, Feer."

Gadis itu mengangguk. "Terus?"

Thank You, Arta! || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang