Thank You, Arta!
Part 15Happy reading🧡
-
-Sudah empat hari gadis itu pergi dari rumah dan tak berangkat ke sekolah. Arta pun bingung, tapi Arta tetaplah Arta. Dia tak pernah perduli walaupun gadis itu pergi di telan bumi sekalipun.
Sekarang mereka berada di dalam Markas. Ada Arta, Dino, Juna dan Andra. "Udah lama gue enggak liat Feerly," ungkap Juna.
"Kayanya setelah berantem sama Sabrina, terus tuh bocah ngilang," cela Andra.
Arta menatap kedua temannya itu. "Perduli apa lo?"
Juna menatap Andra. "Ya enggak, udah lama aja enggak keliatan," jawab Juna.
Arta tak memperdulikan jawaban dari temannya itu. "Lo tau, Din? Bukannya lo teman dekatnya ya?"
Dino mengangkat bahunya. "Coba lo tanya suaminya, kayanya di lebih tau dari pada gue."
Arta menatap Dino dengan tatapan elangnya. "Makd--"
"Jaga mulut lo anjing!" umpat Arta memotong ucapan Juna.
Dino tersenyum miring. "Yang seharusnya dijaga itu lo. Jaga hati lo, lo rela biarin gadis sebaik dia pergi cuma gara-gara jalang kaya Sabrina."
Arta melayangkan pukulan keras pada rahang Dino, membuat pria itu terhayung dan Juna, Andra kebingungan. "Dia bukan jalang!"
Lagi-lagi Dino tersenyum. "Dia bukan jalang, tapi wanita malam. Apa bedanya anjing!"
Dino tersenyum dan meraih tangan Arta untuk memukulnya. "Pukul. Pukul, Ar."
"Udah cukup lo sia-siain Feerly, kurang ap---"
Arta memukul Dino membabi buta, pria itu hanya terdiam dengan senyumnya. "Cinta lo sama istri gue!"
Dino mengepalkan tangannya dan mendorong bahu Arta. "Kalo gue bilang gue cinta, lo mau apa!"
"Perduli apa lo tentang dia? Bukannya yang lo tau dia cuman gadis cupu miskin dan udik?"
Dino memegang sudut bibirnya yang terasa nyeri, kemudian pria itu menepuk pundak Arta. "Gue enggak mau persahabatan kita rusak cuman gara-gara ini, Ar. Tapi cukup, Feerly sayang banget sama lo, dia cinta sama lo."
Lagi-lagi Dino tersenyum remeh. "Tapi sayang, lo lebih milih jala---"
"Jangan pernah sebut cewe gue jalang anjing!"
Dino mengambil ponselnya yang berada di atas meja. Kemudian mengirimkan foto ke grup mereka.
"Coba lo buka grup kita, gue punya bukti. Dimana cewe lo main gila sama om gue."
"Lo taukan siapa om gue? Kalo emang foto itu belum bisa yakinin lo, lo boleh datang ke club malam milik Om Gara. Sabrina wanita terkenal di sana."
Setelah mengatakan itu, Dino mengambil tasnya. "Satu hal, jangan pernah cari Feerly kalo nanti emang cewe lo terbukti bukan cewe baik-baik." Setelah mengatakan itu, Dino keluar dari markas.
Arta langsung merebut ponsel Juna, melihat apa yang di kirimkan temannya itu. Rahang Arta mengeras saat melihat foto kekasihnya yang bersandar pada dada bidang Om dari temannya.
Iya benar, itu Sabrina. Sudah lama Dino mengatakan itu pada Arta, tapi dia tetap tak percaya. Dan sekarang, Dino mempunyai bukti yang kuat untuk membuat Arta menyesali perbuatannya.
Weeerz Club adalah salah satu club malam besar di kota Jakarta dan Sabrina adalah salah satu wanita yang berkerja di situ sebagai wanita penghibur.
Awalnya Dino bingung untuk mendapatkan bukti. Dino juga sering berkunjung ke Club' tersebut, hanya sebagai DJ dan mencuci matanya.
Satu minggu yang lalu, Dino menanyakan tentang Sabrina pada omnya. Gara bercerita banyak dan dari situ Dino berhasil mendapatkan foto tersebut.
Dino pergi menuju rumah Feerly. Gadis itu demam tinggi kemarin, Dino tau hal itu karena Feerly yang memintanya untuk datang membawakan obat.
"Feer!" Panggil Dino dengan mengetuk pintu.
Beberapa saat Feerly membuka pintu dan menyuruh sahabatnya masuk. Dino menatap tak percaya saat menemukan satu porsi mi instan yang siap untuk di santap.
"Lo makan Mi lagi?"
Feerly tersenyum dan duduk di samping Dino. "Ini enggak sehat, Feerly."
"Dino kaya enggak tau aku aja."
"Aku mau nawarin minum, tapi cuman ada air putih jadi bingung hehe."
Dino menatap gadis di depannya, memegang pipi Feerly membuat gadis cantik itu menatapnya. "Mau makan apa? Gue beliin."
"Mamah bakalan marah sama gue kalo lo sakit."
Feerly menggeleng dan melepaskan tangan Dino yang memegang pipinya. "Aku mau makan ini aja, sayang udah di bikin masa dibuang," ucap Feerly dengan mengambil piring tersebut.
Dino menghela nafasnya dan mengambil alih piringnya. "Yaudah sini, gue suapin."
Feerly menerima suapan itu dan menatap wajah Dino. Tangan itu terulur memegang sudut bibir temannya yang sedikit robek.
"Ini kenapa?"
Dino menjauhkan tangan Feerly. "Enggak papa kok, tadi berantem sama suami lo."
"Kak Arta?" Dino mengangguk.
"Dia baik-baik aja 'kan, Din?"
Dino meletakkan garpu itu dan menatap Feerly. "Bisa enggak, berhenti perduli sama dia? Dia aja enggak perduli sama lo."
"Ta--"
"Tapi dia suami aku. Iya, Feer. Gue tau. Tapi apa dia anggap lo istrinya? Enggak!"
"Buat apa, buat apa lo terus bertahan sama orang yang dia aja enggak bisa tegas terhadap pilihannya!"
"Mau sampe kapan? Cukup, Feer."
Feerly menunduk dengan tangisannya. Dino merasa bersalah telah membentak gadis itu.
Tiba-tiba darah keluar dari hidung Feerly. Dino memperhatikan Feerly, mengangkat kepalanya. "Kenapa?"
"Ke rumah sakit ya." Gadis itu menggeleng dengan membersihkan darah dari hidungnya.
"Yaudah sini." Dino menarik kepala Feerly, menyandarkannya pada pundaknya dan menggenggam tangan itu.
"Lo enggak sendiri, ada gue, mamah dan Om Gavin yang sayang sama lo."
"Jangan sungkan buat minta apapun sama gue, Feer. Lo itu udah kaya adik gue sendiri. Gue bakalan berhenti ikut campur urusan lo sama Arta, tapi kalo dia masih belum bisa ngambil keputusan dan masih nyakitin lo. Sampai kapanpun gue bakalan jadi orang pertama yang maju karena ada yang nyakitin lo."
Feerly mengangguk, dia juga menggenggam tangan Dino. Gadis itu menangis, andai saja yang sekarang seperti ini adalah suaminya.
Feerly melepaskan genggamannya dan memegang dadanya. Nafasnya mulai sesak. "Feer?"
"Sa-saki-t, Din."
-
-
-
TBC!

KAMU SEDANG MEMBACA
Thank You, Arta! || END
Teen FictionIni tentang mereka. Artalyta Venustya dan Feerlycia Angelita, dua remaja yang harus bersatu hanya karena sebuah kejadian. Feerly yang harus sabar dan selalu setia dengan pria tersebut. Selain Arta memiliki seorang kekasih yang selalu di utamakan, p...