Thank You, Arta!
Part 44Happy reading 🌻
Sudah satu minggu Feerly pulang dan dia memutuskan untuk menuruti keinginan Firda untuk tinggal di rumahnya.
Dan hari ini, hari ketiga Feerly jatuh sakit karena demam tinggi. Saat baru dua hari pulang, Arta selalu datang menemuinya, tapi saat wanita itu jatuh sakit, Arta seolah menghilang tak datang ataupun menemuinya.
Sebenarnya Feerly merasa kehilangan, tapi dia ingat lagi, bahwa Arta sebentar lagi tak akan menjadi milihnya. Tapi Feerly salah, pria itu bukan menghilang, Arta sedang berada di Bandung mengurus proyek barunya. Walaupun saat pergi dan sampai dia tak sempat mengabari istrinya, tapi setelah itu Arta berkali-kali menghubunginya, tapi nihil. Ponsel Feerly tak dapat di hubungi.
Tapi hari ini, Dino memberikan kabar, bahwa Feerly sakit dan selalu memanggil nama Arta.
Mendengar kabar itu, Arta langsung pulang tak memperdulikan pekerjaannya yang belum selesai.
Pukul delapan malam, Arta sampai di Jakarta dan segera menuju rumah Dino setelah membelikan beberapa makanan untuk anak dan istrinya.
Arta mengetuk pintu rumah mewah itu, selang beberapa saat, Firda membukakan pintu membuat Arta langsung menyalami perempuan tersebut.
"Syukurlah kamu datang."
"Kenapa enggak bilang si Tan, aku berhari-hari nyari kabar," jawab Arta dengan mengikuti langkah Firda.
Mereka sampai di kamar yang tak jauh dari ruang makan. "Yaudah enggak papa, buruan masuk. Dia kangen kamu banget."
Arta mengangguk dan membuka pintu kamar itu, terlihat seorang wanita sedang tertidur dengan berbagai obat di atas nakas.
Arta berjalan masuk, meletakkan bingkisannya dan langsung mendekati istrinya, duduk di samping Feerly. Menatap dan memegang kening itu, panas. Suhu tubuh itu sangat tinggi.
"Sayang?" Panggil Arta dengan mengelus pipi dan bibir itu secara bergantian.
Tak lama Feerly membuka matanya, membuat Arta tersenyum dan membantu Feerly duduk dengan bersandar pada tubuhnya.
Arta memeluk tubuh itu dengan Feerly yang masih terdiam. Arta tersenyum, membenarkan rambut itu dan menciumnya.
"Kenapa enggak bilang hemm? Sampe demam gini kan."
Feerly hanya menggeleng pelan dan kepala yang masih bersandar di dada suaminya itu. Pria itu meraih tangan Feerly, menciumnya dan menggenggamnya.
"Maaf ya, kemaren aku lupa ngabarin. Aku pergi ke Bandung. Tapi pas aku coba kabarin kamu, kamu enggak bisa di hubungi. Kenapa?"
Feerly menunjuk ke arah ponsel yang tergeletak di atas nakas. "Hpnya mati, enggak sempat aku charger."
Arta tersenyum mengangguk. "Yaudah, kita kerumah sakit ya?" Wanita itu menggeleng pelan.
"Yaudah yaudah, tapi udah minum obat?"
Feerly mengangguk membuat Arta tersenyum. "Sekarang makan ya, aku suapin. Aku juga bawa banyak kue buat kamu."
Lagi-lagi Feerly menggelengkan kepalanya dan memeluk tubuh itu. Arta hanya tersenyum dan mendekap tubuh itu kemudian menciumi rambutnya berkali-kali.
Tiba-tiba Firda masuk membawakan bubur dan tersenyum melihat mereka berdua. Sudah lama, ah bukan sudah lama. Tapi Feerly belum pernah merasakan di perhatikan dan di pedulikan dengan suaminya sendiri.
"Mamah taruh di sini ya," Arta mengangguk sambil terus mengelus rambut itu.
"El mana, Tan?"
"Amah!" Suara itu seolah menjawab pertanyaan Arta. Dino dan Giandra masuk dan Feerly pun membuka matanya tersenyum melihat anaknya yang berjalan mendekati dengan membawa es krim di tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thank You, Arta! || END
Teen FictionIni tentang mereka. Artalyta Venustya dan Feerlycia Angelita, dua remaja yang harus bersatu hanya karena sebuah kejadian. Feerly yang harus sabar dan selalu setia dengan pria tersebut. Selain Arta memiliki seorang kekasih yang selalu di utamakan, p...