TYA 53

28.5K 2.5K 611
                                        

Thank You, Arta!
Part 53

Happy reading!

⁠ ⁠⁠ ⁠⁠ ⁠


"Kalo enggak, temani aku beli kado buat kak Arta ya." Pria itu mengangguk.

Setelah hampir dua jam mereka mencari dan baru tiga tota bag dengan beberapa seprai, piayama couple dan beberapa baju couple juga. Sekarang Feerly sedang memilih baju untuk suaminya. Sudah lama dia menjadi pasangan suami istri, Feerly hanya memberikan Hoodie empat tahun lalu.

"Bagus enggak, Sam?"

Samudra membalikkan badannya, melihat beberapa baju yang sudah Feerly pegang. Ada kemeja, kaos over size dan beberapa kaos pendek berwarna hitam.

"Bagus, cocok sama style bang El."

Feerly tersenyum. "Kamu mau apa? Ambil, aku yang traktir."

"Enggak, lo aja."

Setelah merasa cukup dengan membeli baju-baju tersebut. Mereka pindah ke Gucci, untuk mencari sepatu dan jam tangan.

"Tapi bang El lebih suka brand Nike kalo buat sepatu, Feer. Sepatu dia Nike semua."

Feerly mengangguk mengerti. "Tapi ambil ini lah, bagus," ucap Feerly dengan memperhatikan sepatu berwarna latte yang tengah dia pegang.

Setelah mengambil dua jam tangan dan satu sepatu, mereka beralih menuju toko sepatu Nike, untuk mencari kesukaan suaminya.

Pukul satu siang, mereka selesai. Dengan lebih dari sepuluh tota bag belanjaan mereka. Feerly tak perduli dengan berapa banyak uang yang dikeluarkan, karena dia pikir ini momen terakhir dia bisa membelikan sesuatu untuk suaminya.

Setelah itu, mereka langsung menuju ke rumah keluarga Heru Wijaya.

Di dalam perjalanan, Samudra menceritakan apa yang terjadi akhir-akhir ini. Entah dari Feerly pergi dan sampai sekarang, pria itu menceritakan semuanya.

Mereka sampai, setelah membawa semua belanjaan itu ke kamar Arta. Samudra meninggalkan Feerly dikamar tersebut.

Feerly meraih poto yang berada di atas nakas, menatapnya dan tersenyum. Itu poto dirinya, poto yang pernah Arta ambil secara diam-diam.

Feerly meletakkannya lagi, menatap isi kamar ini. Banyak poto mereka bertiga di sini. Apalagi saat melihat poto Giandra dan Arta yang dicetak cukup besar dan di pajang pada sudut ruangan ini, membuat senyum itu terukir diwajah cantik Feerly.

Dia ingat, bagaimana kejadian yang Samudra ingin melecehkannya beberapa tahun lalu. Dia tersenyum tipis, ternyata sudah selama itu, tapi Erna belum mampu menerimanya.

Feerly menghapus air matanya yang hampir terjatuh dan segera keluar. Tapi saat Feerly sampai di depan rumah dengan Samudra dan Giandra yang sudah menunggunya, Eran keluar, menatap Feerly dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Ngapain kamu balik lagi ke sini!"

Feerly menatap mertuanya itu, menghela nafasnya. "Mamah bohong, mamah bilang, kalo aku pergi mamah bakal sayang dan perduli lagi sama kak Arta. Tapi apa?"

"Secuil pun mamah enggak pernah ngertiin dia. Apapun dia lakukan. Tapi apa, mamah korbankan masa depan anak mamah sendiri demi uang. Ibu mana, ibu mana yang rela mengorbankan anaknya dan membedakan kasih sayangnya."

"Samuel bukan anak saya! Terserah saya mau apain dia, itu hak saya!"

Pengakuan itu membuat Feerly dan Samudra terdiam beberapa saat. Ternyata, apa yang Arta rasakan selama ini, itu adalah sebuah balas dendam untuk pria tersebut atas kesalahan ibunya dimasa lalu.

Thank You, Arta! || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang