TYA 11

38.5K 3.5K 188
                                    

Thank You, Arta!
Part 11

Happy reading ♡
-
-
-
Siang ini, Feerly sedang berjalan dengan memegang ponsel suaminya. Pria itu lupa memberikan benda tersebut saat ingin berangkat sekolah.

Iya, sudah hampir satu minggu sikap Arta manis padanya. Dari yang selalu tidur bersama, full time dirumah dan tadi pagi pria itu mengajak istrinya untuk berangkat bersama, walaupun di turunkan enam meter sebelum sampai disekolah dengan alasan takut ada yang melihat. Tapi Feerly tak perduli, yang jelas Arta berhasil membuat jantung Feerly berdetak lebih kencang akhir-akhir ini.

Hari ini Fenisa tak berangkat karena ingin pergi ke dokter mata, Feerly berjalan menelusuri koridor. Dia berniat mencari Arta untuk memberikan ponsel itu sebelum dia pergi ke kantin.

Feerly menemukan suaminya. Arta baru keluar dari kelas Sabrina dan tentunya sedang digendeng mesra oleh kekasihnya.

"Enggak boleh cemburu, kamu enggak penting, Feer," tutur Feerly untuk menguatkan dirinya.

Dia berjalan mendekat. "Kak?"

Panggilan itu membuat kedua orang itu membalikkan badannya. Feerly tersenyum tipis dan menyodorkan ponsel itu. "Aku mau ngasih ini."

Ponsel itu di terima, tapi bukan oleh Arta. Melainkan oleh Sabrina yang langsung mendorong tubuh Feerly hingga terjatuh.

"Kenapa hp Arta di lo!"

"Punya apa lo berani bersaing dengan gue! Hah!" erang Sabrina dengan menjambak rambut itu.

Feerly mencoba mengembalikan pandangnya, menggelengkan kepalanya berkali-kali. "Eng--"

Tiba-tiba Sabrina menampar wajah Feerly, membuat ucapan itu langsung terhenti. Arta langsung menarik tangan Sabrina saat wanita itu berniat mendekati istrinya.

"San."

"Apa!"

"Ngebela dia karena dia emang selingkuhan kamu?"

"Ini kan yang akhir-akhir ini bikin kamu enggak punya waktu buat aku! Aku tau, Ar!"

"Kenapa si? Seenggaknya kalo mau cari selingkuhan itu yang lebih dari aku, ini mah sama anak cupu, miskin pula!"

Mereka seketika menjadi pusat perhatian. Lagi-lagi Sabrina mengangkat tangannya, berniat ingin memukul Feerly lagi.

"Sabrina!"

Wanita itu menatap wajah Arta. "Apa? Cinta kamu sama dia?"

"Sampe ngebela gini?"

Arta melepaskan tangannya. "Enggak gitu, tapi udahlah enggak penting juga."

Sabrina tak menggubris, dia berjongkok di depan Feerly dengan memegang kepala itu. Sabrina tersenyum licik. "Punya apa lo mau ngambil Arta dari gue?"

Sabrina membenturkan kepala itu berkali-kali. Feerly hanya terdiam dengan tangisnya. Ini lebih sakit saat Arta yang melakukannya, bukan karena rasanya. Tapi karena melihat Arta yang tetap terdiam tanpa membelanya sedikit pun.

Pria itu hanya menunduk, biasanya tangannya yang memukul dan membuat Feerly merintih. Tapi sekarang? Bukannya Arta selalu menekankan bahwa tak boleh ada yang menyentuh bahkan memukul Feerly selain dirinya. Tapi ini mengapa? Apa karena Arta begitu mencintai Sabrina?

Tiba-tiba ada yang mendorong tubuh Sabrina hingga hampir terjatuh. Arta menangkap tubuh ini dan langsung mendekati Dino. Iya, Dino lah pelakunya.

"Apa-apa lo!"

Dino tersenyum miring dan langsung memberikan pukulan keras dibagian rahang bawah Arta. "Lo yang apa-apaan anjing!"

"Tega lo!" pekik Dino.

Thank You, Arta! || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang