TYA 3

49.1K 4.2K 352
                                        

Thank You, Arta!
Part 03

Happy reading!

-
-
-

Feerly hanya menunduk. Arta duduk di samping gadisnya. Mengelus rambut itu, mengamati setiap inci tubuh cantik tersebut.

Benar, istrinya hampir sempurna. Tak salah banyak yang menyukainya, Feerlycia Angelita gadis yang cerdas, cantik dan lugu.

"Feer?"

"Lo ngapain?"

"Sengaja pingsan biar bisa digendong sama ketua OSIS brengsek itu?" Ucapannya sangat tenang, namun terdengar sangat menakutkan.

Tangan Arta menarik rahang bawah Feerly, membuat gadis itu menatapnya. "Gue ingetin. Lo milik gue."

"Milik gue seutuhnya! Enggak boleh ada yang nyentuh lo!

"Lo itu milik gue! Lo istri gue, lo hak gue."

"Enggak ada dan enggak boleh ada yang nyentuh lo selain gue!" erang Arta dengan mencekik leher Feerly.

Gadis itu menangis, memegang tangan Arta agar tak semakin mencekiknya.

"Gue cemburu, gue enggak terima ada yang perduli sama lo selain gue, Feer."

Gadis itu mengangguk pelan. "Maaf, kak."

"T--olon--g le--p-as."

"Sa-saki-t ka--k," pekik Feerly dengan mencoba melepaskan tangan Arta.

Arta melepaskan tangannya, memeluk tubuh itu. Membuat Feerly menumpahkan air matanya pada pundak tersebut.

"Maaf."

"Tapi emang tadi aku udah enggak kuat, dada aku sesak. Kepalanya sakit."

"Maaf kak."

"Aku enggak bermaksud."

Arta mengelus rambut Feerly, dia memeluknya erat. Menyandarkan kepalanya pada pundak itu, namun tanpa Feerly tau. Arta mencium lehernya kasar, menggigitnya, meninggalkan bekas pada pemiliknya.

"Ka--k," panggil Feerly dengan seksama agar tak menimbulkan rasa aneh keluar dari mulutnya.

Arta menidurkan tubuh itu dan langsung berpindah menciumi leher depan istrinya. Setelah puas, pria itu ikut merebahkan tubuhnya di samping istrinya.

Arta menarik Feerly agar menghadap ke arahnya. Tangan itu mengusap air mata itu, mengelus pipi Feerly lembut.

"Gue sayang banget."

"Gue enggak suka ada yang nyentuh lo, inget itu."

Setelah mengatakan itu, Arta memeluk tubuh Feerly dan memejamkan matanya.

"Kak?"

"Hem."

"Kok tidur, kan ini masih jam belajar. Nanti ada yang masuk gimana?"

"Nan---"

Ocehan itu terpotong saat jari Arta berada di bibir mungil itu. "Berisik sayang."

"Pintunya udah gue kunci, sekarang tidur. Gue pengen tidur sama istri gue di sini."

"Gue enggak suka di bantah!" cela Arta saat Feerly ingin berbicara.

Arta memejamkan matanya kembali, memeluk tubuh itu erat. Tangan kecil itu mengelus pipi Arta, menatap sedu pria tampan yang sudah memejamkan matanya.

Gadis itu selalu bertanya, ini yang namanya sayang? Dengan perbuatan seakan ingin membunuh, Arta dengan mudahnya mengatakan bahwa dia sangat sayang pada istrinya. Tapi mengapa? Mengapa harus kasar?

Thank You, Arta! || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang