TYA 45

31.1K 2.5K 325
                                    

Thank You, Arta!
Part 45

Happy reading!

Pukul tujuh malam, Arta pulang setelah dua hari bersama istrinya dan meninggalkan Zea yang masih berada di Bandung.

Saat ingin menaiki anak tangga, Arta berhenti dan dia melihat adik serta mamahnya yang sedang makan malam. Tapi saat ingin melanjutkan langkahnya, seseorang menahan pundaknya. Membuat Arta membalikkan badan membuat satu tamparan mendarat tepat di pipinya.

Arta hanya menghela nafas dan menatap wajah wanita di depannya. "Abis kemana kamu!"

"Ninggalin Zea di Bandung dan ini, tiga hari enggak pulang. Dar---"

"Perduli apa mamah sama El?" Arta tersenyum miring dan mengusap sudut bibirnya.

"Zea udah gede, enggak perlu ditemenin terus. Toh El juga enggak cinta."

Ucapan itu terdengar sangat santai, namun berhasil membuat Eran melontarkan satu tamparan keras pada anaknya.

Samudra hanya terdiam melihat itu. Ini bukan pertama kalinya. Kakaknya memang selalu diperlukan tak adil oleh ibu mereka. Apa lagi jika sudah berhubungan dengan Zealina, Eran akan marah jika Arta menolak untuk menemani atau tak mengikuti keinginan Eran yang berhubungan dengan gadis itu.

"Oh, kamu abis nyari istri kamu?"

"Sudahlah, El. Dia mungkin sudah mati atau jad--"

Tangan Arta terangkat membuat Eran menghentikan ucapannya. Rahang itu mengeras, jika yang sedang membuatnya marah bukan ibunya, pasti orang ini akan habis di tangannya.

"Stop! Mati ataupun hidup, itu bukan urusan mamah. Istri El pergi juga itu gara-gara ma--"

Satu tamparan mendarat lagi di pipi pria tampan itu. "Berani kamu menyalakan mamah!"

Arta menatap manik ibunya. "Iya! Mamah yang buat Feerly pergi. Ibu mana, mana yang rela mengambil kebahagiaan anaknya. Cuman mamah."

"El mau turuti keinginan mamah, tapi untuk berhenti cari istri El, sampai kapanpun El enggak bakal berhenti cari kebahagiaan El."

Ucapan itu penuh tekanan dan tangan Arta menggenggam erat karena menahan amarahnya.

"Cari! Ada maupun enggak gadis cupu itu kamu harus tetap menikah dengan gadis pilihan mamah."

Mendengar itu Arta tersenyum. "Cih, jangan mimpi, setelah saya temukan kebahagiaan saya jangan harap saya akan melepaskannya lagi," ucap Arta dengan suara seperti sedang berbisik.

Saat Arta ingin melanjutkan langkahnya, dia membalikkan badannya menatap Eran dan Samudra kilas. "Dan untuk gadis pilihan anda, nikahkan saja dengan putra bungsu kesayangan anda."

Setelah mengatakan itu, Arta melanjutkan langkahnya menuju kamar. Merebahkan tubuhnya dengan menatap langit-langit kamar.

Dia muak, lelah dengan semuanya. Bukan Arta ingin menjadi anak durhaka, tapi dia rasa, sudah cukup. Sudah waktunya dia mengambil langkah untuk menata hidup dan kebahagiaannya.

Bertahun-tahun Arta mencari cintanya dan saat semesta menemukan mereka, mana mungkin dia melepaskannya lagi.

Pria itu menghela nafasnya, saat mata itu mulai tertutup, notif pesan masuk membuat tangan itu meraba mencari kebenaran ponselnya.

Arta mengambilnya dan membaca pesan tersebut.

FEERLYCIA

Jangan lupa mandi dulu sebelum tidur
sweet dreams ❤️

Thank You, Arta! || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang