Part 46 'To The Pain'

710 129 148
                                    

Halo apa kabar? Semoga salam keadaan baik yah.... Setelah seminggu akhirnya part ini selesai.

Happy reading....
 

   

Ketika hal yang membahagiakan menyapa kita, waktu terasa begitu cepat berlalu. Tetapi  berbeda jika saat kesedihan yang menerpa, waktu begitu berjalan sangat lamban. Seperti halnya sebuah mimpi indah, semua orang yang mengalaminya tak ingin cepat terbangun dari tidurnya. Bahkan sering kali jika terbangun mereka ingin kembali melanjutkan tidur nya dengan harapan bisa meneruskan mimpi indah mereka. Tak ingin kebahagian dan kesenangan meski dalam mimpi berakhir begitu saja.

Namun pada nyatanya kehidupan bukan hanya tentang  mimpi indah, jangan lupakan dengan adanya mimpi buruk yang menjadi momok menakutkan. Yang pastinya tak ingin siapapun mendapati atau mengalaminya.

Perlahan namun pasti kini tiba saatnya bagi mimpi buruk itu hadir, mengikis habis menggantikan si mimpi indah yang membuai sang tuan.
Luka lama yang bisa dikategorikan sembuh, perlahan kembali tersayat. Kepedihan dan pilu si kawan lama, kembali menyapa. Mengakhiri semua kebahagian semu Kinal.

Dua minggu terhitung sejak hari ulangtahunya, Perubahan kecil yang dirasakan Kinal semakin terbukti. Sikap mamanya mulai kembali dingin, pada awalnya Kinal mengabaikan semua itu. Namun karena semakin hari semakin terasa, akhirnya Kinal mencari tahu.

Kinal berjalan lunglai di lorong rumah sakit, wajahnya tanpa ekspresi apapun. Namun hati dan pikiran nya berkecamuk, penuh dengan ketakutan, kekalutan, dan kegelisahan. Entah Kinal harus mensyukuri atau menyalahi kedatangannya pada dokter yang menangani masa terapi kesembuhan ibunya. Fakta nyata yang sempat di lupakan Kinal, di ungkap sang dokter. Jika mamanya telah sembuh dari trauma otak yang hampir satu tahun ini di alaminya.

Bak kehilangan arah, tanpa jejak, tiada tujuan. Langkah Kinal seolah di patahkan begitu saja, terjerembab dalam pusaran kebingungan.

Dering ponsel menyadarkan Kinal, yang terdiam di dalam mobil. Ia mengangkat telpon dari sekretaris nya Shania yang mengingatkan meeting yang akan segera berlangsung. Tak lama setelah panggilan berakhir Kinal bergegas menuju kantor.

Tiba di kantor, Kinal bergegas menuju ruang rapat Saat akan membuka pintu ruangan Kinal berpapasan dengan Veranda. Tak ada raut apapun selain tatapan tanpa ekspresi yang Ve tunjukkan. Kinal menatap penuh kesakitan pada Veranda yang  sudah duduk. Ya tak hanya sikap mamanya yang kembali berlaku seperti semula terhadapnya, Veranda pun sama, kini mulai menjauh dari jangkauan Kinal.

Ingatan pada malam ulangtahunnya kembali terputar di pikirannya. Malam yang begitu indah yang dilalui Kinal. Dimana ia dan Veranda menyatu  penuh ke syahduan, secara sadar dan tanpa paksaan. Malam yang dilewati begitu penuh kehangatan dan didasari perasaan cinta. Dimana terakhir penyatuan tubuh mereka, Kinal berterima kasih dan mengungkapkan perasaan kasih dan cintanya pada Veranda, dengan keyakinan penuh. Namun tak mendapat jawaban apapun dari Veranda. Karena kelelahan sehingga tak lama langsung tertidur.

Dan pada ke esokan harinya lah ungkapan Kinal terjawab.

"Maaf Kinal, apa kamu lupa pada perjanjian kita di awal menikah?" ucap Veranda menatap datar Kinal, ia pun menghembuskan nafas nya sebelum melanjutkan ucapannya. "Tolong camkan ini baik-baik, aku sama sekali tidak mempunyai perasan apapun untuk kamu Kinal"

Levirate (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang