Part 49 'Revealed'

491 102 80
                                    

Hola... Apa kabar 😁.... Maafkan mpuss yang susah bgt buat bisa update cepet.... Hope you like it..

Warning typo!     

Happy reading.....

Sedih, sakit, kecewa dan terluka. Empat hal tersebut di bungkus rapi oleh penyesalan yang teramat dalam. Tak ada yang tahu, semua ia pendam sendiri. Dan menjadi tuduhan atas hal yang sebenarnya tak ingin di lakukan. Namun apa daya, ancaman yang menjadi kelemahan nya lah. Yang membuat semua hal terjadi.

Ingin nya, menuruti kata hati, dan andai ia lebih berani menolak. Mungkin semua ini takan terjadi. Tapi mau bagaimana lagi? Sudah cukup dirinya terpuruk oleh semua perasaan bersalahnya. Beberapa hari ini Veranda terbaring di ranjang. Kondisi tubuhnya drop.

Gejolak dari dalam perut membuat Veranda diserang mual, ia segera berlari kecil menuju kamar mandi. Hanya cairan yang keluar dari mulutnya, sesudahnya Ve mencuci wajahnya dan menatap lambat pantulan dirinya. Tak lama rasa mual kembali menyerang dan Veranda kembali membungkuk di atas westaple. Dan itu terus berulang beberapa kali.

Lyra sang mami yang datang membawa makan pun, langsung menghampiri putrinya saat mendengar suara di kamar mandi. Ia langsung membantu Veranda dengan memikat tengkuk belakang anaknya.

Setelah beberapa menit, Ve di bantu mamanya untuk kembali ke kamar. Di berikan nya teh manis lemon kepada Veranda.

"Masih gak mau ke dokter? Mami khawatir kamu kenapa-napa"

Dan Ve hanya menggelengkan kepala, "Aku gak apa-apa Mi" Membuat mami Lyra hanya menghela nafas pasrah. Anak sulung nya ini memang keras kepala.

"Yaudah, terserah kamu. Ini mami dapat titipan dari adek mu. Katanya segera di tandatangani"

Ve membuka map yang di berikan mamanya.
Surat kuasa untuk mempercepat proses perceraian nya dengan Kinal. Ve menutup kembali lalu menyimpan nya, tak begitu mempedulikanya.

"Kenapa gak kamu tandatangani?" heran Lyra.

Ve menghela nafas lelah. Tanpa menatap mamanya ia menjawab. "Nanti aja, kepala aku pusing"

Lyra hanya menggelengkan kepala dengan kelakuan Veranda, ia bingung dengan keinginan putri sulungnya ini. Beberapa waktu lalu ia ngotot ingin menggugat cerai, giliran sekarang sudah di proses, malah menunda-nunda dan terkesan enggan.

"Sayang.. Kalau kamu gak mau cerai, kenapa kamu bersikeras untuk cerai? Sebenarnya ada apa dengan kamu nak?"

Dan pertanyaan Lyra hanya di jawab oleh gelengan kepala, oleh Ve.

Sebagai seorang ibu, Lyra tahu dan memahami perasaan putrinya. Ia bisa melihat pacaran kesedihan di mata Veranda, putri nya mencintai Kinal. Namun ia tak tau apa hal yang membuat keadaan nya seperti sekarang, setahunya semua keadaan baik-baik saja terakhir saat perayaan ulang tahun menantu kesayangannya.

Lyra mengusap sayang kepala Veranda "Ikuti kata hatimu, agar tak ada penyesalan yang mana akan membuat kamu semakin terluka nak" setelah mengatakan itu, Lyra beranjak keluar.

Setelah pintu tertutup, Ve menghela nafas. Ia pun mengambil sesuatu dari dalam laci pinggir ranjang nya. Sesuatu hal yang menjadi alasan Veranda tak bisa untuk menandatangani surat cerai sialan itu. Matanya mulai berkaca melihat benda di tangannya bergantian dengan map yang ada di sisinya.

Ve manangis, ia tak tahu harus bagaimana. Apa yang harus ia lakukan. Kenapa ketika ia memutuskan untuk memilih jalan berpisah paksa, justru Tuhan malah memberikan halangan atas jalan yang ia pilih. Semua keadaan ini membelenggu dirinya, dilema besar dan seperti buah simalakama.

Levirate (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang